Nafas baru di dalam cara penyajian penulisan Sejarah Indo-nesia, terutama penulisan sekitar gerakan-gerakan/pemberontak_an-pemberontakan/huru-hara/kerusuhan-kerusuhan ataupun brandal_an-brandalan yang terjadi di sekitar abad ke-19, mulai ditiup_kan oleh para penulis sejarah. Cara penyajian dengan mengung_kapkaa para pemimpin pemberontakan beserta para pengikutnya se_bagai subyek atau pemegang peran-utama di dalam sebuah kisah pemberontakan, merupakan bentuk nafas baru yang segar. Nafas baru inilah yang dalam penulisan Sejarah Indonesia dikenal de_ngan istilah _Indonesia-sentrisme_. Suatu hal yang wajarlah, seandainya untuk lebih menghidupkan angin segar itu dituntut usaha-usaha yang terns menerus da_ri para peneliti dan penulis sejarah yang menitik beratkan studi sejarahnya pada abad ke-19. Dalam hubungan inilah, sebagai langkah awal sekaligus untuk melatih diri guna turut serta di dalam kegiatan penulisan sejarah yang bercorak Indonesia-sen_trisme ini, penulis mencoba untuk nienyajikan salah satu gerak_an pemberontakan yang dipimpin oleh Raksa Pradja, yang terjadi di daerah Priangan pada sekitar tahun 1842. Oleh karena _