Peristiwa berdarah yang sedang dibahas dalam studi ini adalah suatu tragedi penembakan terhadap gerakan Haji Hasan dengan para pengikutnya. Tepatnya pada tanggal 7 Juli 1919 di Leles (Garut). Pemberontakan itu sendiri dapat dipadamkan Pemerintah dengan mudah setelah pemimpinnya ditembak. Meskipun usia gerakan tersebut sangat singkat, namun pengaruhnya begitu luas terhadap kaum pergerakan, khususnya terhadap kehidupan Sarekat Islam. Gerakan yang dapat digolongkan sebagai usaha pem_berontakan ini mendapat pengikut yang banyak sekali ketika Haji Hasan menyatakan akan melakukan perang sabil. Anjurannya itu mendapat sambutan yang baik. Hal ini dapat dipahami karena Haji Hasan adalah seorang kyai yang cukup kaya dan berpengaruh di masyarakatnya. Maka terasa wajar jika ajakannya untuk perang sabil mendapat jawaban positif dari masyarakat dan para santrinya. Haji Godjali, menantu Haji Hasan, juga ikut mendukung pemberontakan dengan menggerakkan orang-orang yang ada di sekitarnya. Mereka kebanyakan adalah anggota Sarekat Islam. Sedangkan pengerahan anggota dari organisasi yang menamakan dirinya afdeeling-B datang dari Haji Adrai atas permintaan Haji