Di Bagan Siapi-api, kecamatan Bangko, kabupaten Beng_kalis tempat tinggal orang tua penulis ada daerah tempat para pengikut. tarekat Naqsyabandiyah bersuluk. ini meru_pakan salah satu dari sekian banyak tempat suluk yang ter_dapat di berbagai daerah di propinsi Riau. Mayoritas pen_duduk daerah ini adalah non- muslim/Tionghoa, dan rata-rata hidup dari penangkapan ikan. Melalui khalifah yang memimpin madrasah-madrasah, su_luk Naqsyabandiyah mampu menjadi penuntun hidup kerohanian masyarakat muslim di Bagan Siapi-api. Para khalifah meru_pakan pimpinan informal dalam masyarakat muslim dan menjadi suri tauladan serta pelindung rakyat. Amalan-amalan dalam suluk Naqsyabandiyah ini sanggup memberi bekal kepada masyarakat Muslim sekitarnya, yaitu tuntunan rohani agar tidak terjebak ke dalam kehidupan yang terlalu keduniawian, materialistis, dan perbuatan perbuatan maksiat. Melalui berbagai latihan spiritual, penduduk menggali dan mendalami suluk Naqsyabandiyah untuk bisa mengimbangi kehidupan duniawi yang penuh dengan goda_an dan tantangan. Ada anggapan bahwa suluk Naqsyabandiyah memberi bekal pada para pengikutnya untuk dapat hidup le_bih sempurna di jalan Allah Swt. Ini yang menjadikan penu_lis ingin mengetahuinya lebih lanjut. Istilah suluk pada hakekatnya ialah: mengosongkan jiwa ( takhalli ) dari pada sifat.-sifat yang tercela yaitu maksiat lahir dan maksiat batin, yang digerakkan oleh ha_wa nafsu. Dan mengisinya kembali ( tahalli ) dengan sifat-_sifat yang terpuji yaitu taat lahir dan taat batin, yang digerakkan oleh akal dan ilmunya, sehingga dengan demikian terciptalah manusia baru yang indah ( Jamal ) dan sempurna ( kamal ) untuk masyarakat damai yang penuh dengan rasa persaudaraan cinta- mencintai Barang siapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhan_nya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh serta janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya. ( Surat al-Kahfi:l10 ).