ABSTRAKPembahasan mengenai kebudayaan Jepang dari segi sistem religinya yang dibatasi pada masalah ibadat di kuil Ise dari buku karya Nishigaki Seiji yang berjudul Oise Mairi. Tujuannya ialah untuk mengetahui fungsi kuil Ise khususnya pada zaman kuna, kemudian pada zaman pertengahan, dan zaman Meiji. Selain itu juga untuk mengetahui status Kaisar dalam kuil Ise.
Pengumpulan data dilakukan melalui penelitian ke_pustakaan, yaitu dengan menelusuri bahan-bahan rujukan yang diperoleh dari koleksi pembimbing serta bahan-bahan yang terdapat di perpustakaan Jurusan Jepang Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan Juga perpustakaan Pusat Kebudayaan Jepang di Jakarta.
Kesimpulannya menunjukkan bahwa fungsi kuil Ise pada zaman kuna sebagai Dewa Negara, kemudian pada zaman pertengahan sebagai Dewa Pribadi, dan pada zaman Meiji sebagai Dewa Leluhur Keluarga Kaisar. Sedangkan status Kaisar dalam kuil Ise pada zaman kuna sebagai penguasa negara di mana hanya Kaisar dan para utusannya yang dapat beribadat ke kuil Ise, kemudian pada zaman pertengahan status Kaisar sama halnya dengan shogun, kaum bangsawan maupun rakyat jelata di mana semua orang dapat beribadat ke kuil Ise, dan pada zaman Meiji status Kaisar sebagai penguasa tertinggi negara di mana Kaisar sungguh-sungguh datang beribadat ke kuil lse sedangkan rakyat yang secara langsung maupun tidak langsung dianggap sebagai keturunan Kaisar diwajibkan untuk beribadat ke kuil Ise.
Fungsi kuil Ise dan status Kaisar dalam kuil Ise sudah diketahui dari uraian di atas, sehingga penulis berpendapat sejak awal zaman Meij,.kuil Ise menjadi salah satu tempat peribadatan orang Jepang, mulai dari Kaisar hingga rakyat jelata. Kenyataan ini menunjukkan sifat universal yang dimiliki oleh kuil Ise, sebagaimana tempat-tempat peribadatan lainnya.