Bahasa yang merupakan pengejawantahan dari keberadaan manusia di dunia, di tengah sesamanya merupakan suatu obyek yang menarik untuk diteliti, tidak saja oleh para ahli bahasa tetapi juga mereka yang berkecimpung di bidang pengeta_huan lainnya. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan, fungsi dan pengaruh bahasa yang dominan dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa bagi maausia tercermin dalam setiap aspek kegiatan masyarakat. Bahasa yang merupakan suatu proses sosisl melibatkan banyak unsur, yaitu: manusia, obyek di sekitarnya, lingkungan hidup, sosial budaya dan sebagainya. Maka dalaa usaha kita meneliti bahasa, kita tidak dapat meneliti hanya sebagai satu ilmu pangetahuan saja. Kita juga harus meneliti bahasa itu dalam hubungannya dengan manusia atau masyarakat pemakai bahasa itu. Hal ini karena bahasa dan masyarakat bahasanya marupakan satu kesatuan yang tidak dapat di[isahkan satu dari lainnya. Bahasa akan ter1ihat nyata dalam fungsinya pada saat kita memakai danmenempatkannya dalam kehidupan masyarakat dan dalam situasi -situasi yang nyata pula. Jadi hal-hal yang bersifat non-linguistis tidak dapat kita abaikan begitu saja dalam penelitian bahasa. Atas dasar inilah maka penelitian bahasa dalam skripsi ini jatuh pada bahasa sebagai alat kamunikasi di antara sesama manusia dengan melibatkan aspek sosial budaya dan situasinya, dan secara lebih khusus lagi pada bahasa yang berhubungan dengan agama. Hal ini karena agama merupakan salah satu domain/medan makna dari tingkah laku manusia dengan bahasa sebagai komponennya yang penting dan dominan. Penulis mengambi1 data penelitian dari salah satu buku yang ada dalam buku Perjanjian Baru, yaitu: buku Matius dan secara khusus perumpamaan-perumpamaan yang ada dalam buku itu. Semua data dianalisis secara semantis dengan melihat dan meneliti konteks situasi yang bersifat non-bahasa tanpa mengabaikan konteks bahasanya. Aspek fungsional dan konsep konteks Bahasa dari Halliday merupakan landasan teori dari penelitian dalam skripsi ini. Untuk memahami pesan yang tersurat atau terkandung dalam suatu teks, dalam hal ini perumpamaan, kita harus mengetahui apa yang sedang terjadi dalam konteks situasinya (field), siapa peserta-peserta yang ambil bagian dalam kegiatan berbahasa itu (tenor) dan bagaimana pesan atau makna dalam kegiatan berbahasa itu dipakai atau dipertukarkan sesuai dengan maksud pengungkap pesan dalam hubungannya dengan penangkap pesan dan konteks situasinya (mode). Jadi kesa_daran terhadap unsur-unsur konteks, baik yang bersifat bahasa (konteks wacana) maupun yang bersifat non-Bahasa (konteks situasi), akan banyak membantu pembaca dalam pemahaman pesan suatu teks.