Semenjak peristiwa serangan pada dua gedung kembar tertinggi di dunia, World Trade Center di Manhattan, New York, dan gedung Pentagon pada tanggal I1 September 2001, berita mengenai Islam dan ajaran-ajarannya semakin banyak memenuhi halaman-halaman media cetak dan juga menjadi pembicaraan utama di media-media elektronik. Islam menjadi penting untuk dibahas dan dibicarakan salah satunya karena para tersangka pelaku penyerangan merupakan orang Islam. Apalagi penyerangan tersebut seringkali diberitakan terkait dengan salah satu ajaran agama Islam, yaitu Jihad. Pembicaraan Islam dalam media menjadi menarik untuk dikritisi dengan adanya teori Orientalisme Edward Said (1978). Dalam Orientalisme, Said mengatakan bahwa Islam selama bertahun-tahun direpresentasikan secara negatif, diidentitaskan sebagai the other of us (Barat) dan dikonstruksikan memiliki hubungan yang tidak setara, yaitu sebagai kelompok yang membahayakan, harus direpresentasikan, dan dididik. Dengan didasarkan pada konsep wacana yang dikembangkan Foucault, Said menjelaskan bahwa kelompok yang berwenang merepresentasikan Islam ini, dalam hai ini Barat, mempertahankan kekuasaannya atas Islam dengan menciptakan wacana publik yang dominan. Dengan alasan di atas, penelitian ini membandingkan dan menganalisis sistem representasi Islam dalam media Barat seputar tragedi 11 September 2001. Korpus penelitian diambil dari sebuah media berbahasa Inggris yang sudah mapan, yaitu TIME. Data, yaitu dua buah artikel, diambil dari TIME edisi dua bulan sebelum tragedi 11 September 2001 dan edisi dua bulan sesudah tragedi tersebut. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan metode Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough, sebuah pendekatan yang memungkinkan peneliti untuk menyelami ideologi yang terpendam dalam teks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan sistem representasi Islam oleh TIME di dalam dua artikelnya. Pada artikel edisi sebelum tragedi 11 September 2001, Islam direpresentasikan sebagai kelompok radikal yang membahayakan dan melakukan kegiatan kriminal atas nama agama, diidentitaskan sebagai `mereka' dan dikonstruksikan memiliki hubungan yang tidak setara dengan `kami', Barat. Namun, pada artikel TIME edisi sesudah tragedi 11 September 2001, Islam direpresentasikan memiliki dua pandangan yang kontras, yaitu Islam moderat dan Islam ekstrimis. Islam moderat direpresentasikan sebagai kelompok yang memiliki kehidupan `normal' dan modern, dikonstruksikan identitas dan hubungannya sebagai bagian dari `kami', Barat. Sebaliknya, Islam ekstrimis tetap memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok radikal yang direpresentasikan dalam artikel sebelum tragedi 11 September 2001. Sebagai kesimpulan, dalam artikel TIME edisi sesudah tragedi 11 September 2001, TIME memberitakan Islam dengan lebih obyektif dengan melihat sisi lain dari Islam yang tidak sama dengan radikalisme yang selama ini menjadi fokus perhatian pemberitaannya.