Bagi pasangan Jerman tahun 70an dan 80an mengambil keputusan untuk memiliki anak atau tidak bukanlah persoalan yang mudah. Berbagai situasi dan kondisi sosial politik, ekonomi, dan lingkungan hidup yang tidak sesuai dengan nurani mereka menjadi bahan pertimbangan yang serius untuk mengambil keputusan penting tersebut. Gunter Grass, seorang sastrawan sekaligus engagierter Zeitgenosse Jerman terkenal, menuangkan masalah tersebut dalam romannya, Kopfgeburten oder die Deutschen sterben aus. Kopfgeburten, yang ditulis dengan menggunakan perpaduan teknik penulisan skenario film dan roman serta sarat dengan pandangan serta cita-cita politik Gunter Grass, dengan gamblang menggambarkan permasalahan yang dihadapi pasangan muda Jerman tersebut lewat penokohan pasangan Peters. Oleh Gunter Grass pasangan Dorte dan Harm Peters ini digambarkan sebagai pasangan berprofesi guru yang idealis dan sangat terlibat dalam kehidupan sosial politik negaranya. Menurut pandangan mereka berdua, situasi sosial politik dan lingkungan hidup yang mereka hadapi saat itu tidak dapat menjamin kelangsungan hidup anaknya kelak. Kekhawatiran dan ketakutan mereka terhadap situasi-situasi tertentu berarti kesulitan yang harus dihadapi anaknya. Karena itu mereka tetap belum mempunyai anak setelah tujuh tahun menikah. Meskipun keinginan untuk mempunyai anak kerap timbul dalam perasaan Darte Peters maupun Harm Peters, tetap saja keinginan itu hanyalah keinginan dan tidak pernah diwujudkan. Keinginan untuk memiliki anak itu selalu timbul tenggelam, menjadi bahan perdebatan dan pertengkaran, dan akhirnya tetap menjadi konflik yang tidak terselesaikan. Anak pasangan Peters ini hanya ada di kepala mereka dan tidak pernah dilahirkan, sesuai dengan judul karya Gunter Grass ini, Kopfgeburten.