Minat Baca Siswa di Sekolah Dasar : suatu tinjauan di SD. Pembangunan Jaya dan SD 12 Pondok Pinang. Minat bukanlah merupakan suatu tingkah laku tetapi merupakan suatu hal yang dapat mendorong timbulnya tingkah laku. Minat dapat timbul berdasarkan pengamatan, proses interaksi dengan obyek, orang atau sekelompok orang dalam situasi dan kejadian tertentu. Dleh karena sifat utama dari minat adalah labil, artinya suatu minat dapat menguat ataupun melemah jika ditempatkan pada suatu situasi tertentu. Demikian juga halnya dengan minat baca, Minat baca dapat mendorong orang untuk membaca.
Minat baca bukan merupakan bawaan lahir melainkan perlu ditumbuhkan dan dikembangkan sejak dini. Penumbuhan minat baca sejak dini dapat dimulai di lingkungan terkecil yaitu keluarga, selanjutnya berkembang pada lingkungan yang lebih luas seperti sekolah dan masyarakat. Penumbuhan dan perkembangan minat baca ini juga memerlukan bimbingan, pembinaan, dorongan dengan motivasi yang jelas, dan diadakannya sarana yang lengkap berupa bahan bawaan yang cukup variatif sehingga menari perhatian anal. Disinilah peran perpustakaan dibutuhkan. Tidak perlu disangkal lagi bahwa membaca memberi banyak manfaat.
Secara garis besar melalui membaca, individu memperoleh banyak informasi yang dapat memperluas cakrawala pengetahuannya. Gemar membaca merupakan suatu sikap yang amat sangat dibutuhkan oleh kita, masyarakat negara berkembang. Mengapa demikian? Negara berkembang memerlukan sumber daya alam dan terutama sumber daya manusia yang dapat diandalkan untuk membangun negara. Penciptaan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan dengan pemenuhan informasi yang antara lain akan didapat melalui membaca. Ironisnya, Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, memiliki masyarakat dengan minat baca yang amat rendah. Yang lebih disayangkan lagi, kenyataan tersebut menyebabkan masyarakat Indonesia dengan tingkat umur yang rendah tidak dibiasakan untuk membaca.
Para anak kecil yang seharusnya sudah ditumbuhkan dan dikembangkan minat bacanya, menjadi terhambat karena orang tua yang juga tidak menyadari pentingnya minat baca. Pihak sekolah yang juga bertanggung jawab atas pertumbuhan dan pengembangan minat baca siswa, belum sepenuhnya menyadari hal tersebut. Hal ini sangat bertentangan dengan kurikulum yang sekarang ditetapkan, yaitu menjadikan siswa mandiri. Kurikulum ini mengandalkan siswa dalam mencari informasi guna memenuhi kebutuhan pengetahuannya karena guru tidak lagi dijadikan sumber informasi utama. Satu hal yang dilupakan oleh pihak sekolah adalah bahwa untuk mendapatkan informasi, siswa harus memiliki sikap gemar membaca, dan untuk menjadikan siswa yang gemar membaca, berbagai pihak termasuk sekolah harus menumbuhkan dan mengembangkan minat baca tersebut. Jadi minat baca merupakan suatu hal utama dalam penciptaan siswa Indonesia yang berkualitas.
Berdasarkan penjelaskan diatas, maka dapat dilihat bahwa membentukan minat baca tidak perlu dilakukan pada usia lanjut, tetapi akan lebih tepat dilakukan pada usiadini yaitu siswa Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia ada dua jenis SD, yaitu SD negeri dan SD swasta. SD negeri merupakan SD yang dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah dalam hal ini adalah Depdiknas, sedangkan SD swasta merupakan SD yang memiliki badan induk atau sponsor tertentu. Berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa SD negeri seharusnya dapat lebih berkualitas karena didukung sepenuhnya oleh pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Ternyata, banyak orang tua yang lebih mempercayakan SD swasta sebagai tempat bersekolah anaknya. Mengapa demikian? Banyak SD swasta yang memperhatikan sekali perangkat penunjang kegiatan belajar mengajar. Penunjang kegiatan belajar dan mengajar yang utama adalah perpustakaan yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan minat baca melalui koleksinya yang lengkap. Sedangkan di SD negeri pihak sekolah hanya menyediakan penunjang kegiatan belajar mengajar seadanya, bahkan banyak SD negeri yang tidak memiliki perpustakaan. Hal inilah yang menimbulkan perbedaan mutu pelajaran dan mutu siswa di SD negeri dan SD swasta.