Filsafat Timur, khususnya filsafat Buddha menaruh perhatian yang dalam terhadap masalah penderitaan yang berkenan dengan eksistensi manusia. Dalam filsafat Buddha, masalah aku mendapatkan tempat yang sangat penting, karena menyangkut keselamatan atau pembebasan manusia atas eksistensi kemenderitaannya. Oleh karenanya, masalah aku merupakan suatu tema sentral dari filsafat Buddha.Pandangan tentang adanya aku sebagai suatu yang substansial merupakan akar permasalahan dari penyebab adanya penderitaan. Melalui ajarannya yang disebut Jalan Tengah, Buddha menolak pandangan tentang adanya aku yang bersifat subtansial, yang dianggapnya sebagai suatu ketidaktahuan (avijja). Jalan tengah Buddha ini secara filosofis dikembangkan oleh Nagarjuna, yang merupakan pemikir Buddha India pertama, dan peletak dasar dari filsafat Madhyamika atau filsafat Jalan Tengah.Filsafat Madhyamika Nagarjuna merupakan suatu sistem filsafat yang sangat penting dan memiliki pengaruh secara mendalam bagi pertumbuhan dan perkembangan aliran Buddha Mahayana. Secara epistemologis, filsafat ini menunjukkan suatu filsafat yang mengatasi paham idealisme maupun paham materialisme.Buddha menolak adanya paham tentang aku metafisik yang merupakan penyebab derita manusia, namun mengakui aku sebagai aku epistemologis yang sifatnya empiris. Untuk itu, penderitaan dalam filsafat Buddha adalah suatu persoalan epistemologis, yakni soal pembetulan pengetahuan yang keliru, yakni pandangan aku yang substantialistis. Dalam upaya pencaharian filosofisnya, mendapatkan _Prajnaparamita-Sutra_, suatu teks suci Mahayana yang mengandung inti ajaran Buddha, yakni pandangan tentang tiadanya aku yang substansial, dan kekosongan segenap fenomena. Filsafat Nagarjuna adalah mengenai sunyata yakni tentang kekosongan realitas atau tiada substansi dalam segenap fenomena. K.V. Ramanan adalah salah seorang dari sedikit doktor filsafat India yang dalam masa modern ini melakukan studi filsafat Nagarjuna. Pada akhirnya, pandangan Nagarjuna tentang kekosongan, tiadanya aku yang substansial sebagaimana dikemukakan oleh K.V. Ramanan ini terdapat juga pada beberapa filsuf Barat.