Penelitian mengenai link nasyid Snada, Izzatulislam, dan Gradasi yang mempergunakan analisis stilistik dan tematik dilakukan untuk menguraikan unsur_unsur stilistik apa saja yang digunakan dalam pencapaian tema dan amanat dalam link nasyid serta menunjukkan kecenderungan stilistik dan tematik link-link nasyid Snada, Izaatulislam, dan Gradasi. Dari 8 album yang sudah diproduksi Snada, 10 album Izzatulislam, dan 4 album Gradasi, kemudian dipilih secara random atau acak 5 link yang dianggap mampu mewakili kekhasan stilistika masing-masing tim. Lirik-lirik tersebut kemudian dianalisis secara stilistik untuk mengetahui kecenderungan stilistika dari masing-masing tim. Setelah itu, dianalisis pula kecenderungan tematik lirik-lirik tersebut sebagai pembuktian bahwa stilistika berkaitan erat dengan tema, begitu pula sebaliknya. Hasilnya, lirik-lirik nasyid Snada yang mengangkat tema besar ketakwaan dan kemanusiaan melalui nasihat dan ajakan, disampaikan melalui kalimat-kalimat imperatif-persuasif. Penggunaan kosakata yang umum digunakan dan bermakna denotatif dimaksudkan agar pesan dapat disampaikan dengan tepat kepada pendengar. Bahasa kias yang digunakan pun umumnya adalah bahasa kias yang sarat pengandaian dan merujuk pada tokoh atau perbuatan yang mencerminkan ketakwaan dan kemanusiaan tersebut. Hampir sama dengan Snada, Izzatulislam pun memanfaatkan kalimat-kalimat imperatif untuk mendukung tema jihad yang diangkat dalam iirik-liriknya. Namun, kalimat-kalimat imperatif yang digunakan oleh Izzatulislam lebih bemuansa provokatif. Pemanfaatan kalimat-kalimat imperatif-provokatif ini ditujukan untuk menggugah pendengar untuk berjihad dalam berbagai bentuk. Penegasan tema jihad ini juga dipertegas dengan munculnya kata-kata bernuansa sarkas dan non-eufemistis. Berbeda dengan dua tim nasyid sebelumnya, Gradasi yang mengangkat tema yang lebih beragam, yaitu keadilan, kepahlawanan, cinta, dan keindahan alam, tampaknya berusaha menghindari nuansa imperatif dalam lirik-liriknya. Gradasi justru lebih banyak menggunakan kalimat-kalimat deklaratif-naratif untuk menggambarkan tema-tema tersebut. Istilah-istilah geografis juga dipergunakan dalam lirik-lirik yang berbicara mengenai keindahan alam. Penggunaan kalimat deklaratif-naratif sengaja dilakukan oleh Gradasi untuk menghindari kesan menggurui dalam lirik-liriknya. Selain unsur-unsur stilistika di atas, ketiga tim tersebut juga menggunakan kata serapan bahasa Arab dalam liriknya. Kata serapan tersebut sebagai simbol keislaman yang menjadi ciri khas nasyid. Seperti halnya sebuah puisi, rima digunakan oleh Snada dan Izzatulislam sebagai sarana puitik. Sementara repetisi digunakan oleh ketiga tim sebagai alat pemertahanan topik dan intensifikasi makna.