Logika sangat diperlukan oleh manusia karena Iogika memberikan peranan pada rasio kita untuk dapat berpikir secara lurus dan tepat. Fondasi bagi perkembangan logika ternyata tidak hanya berada di dunia Barat, tetapi juga berada di dunia Timur. Di dunia Barat, fondasi terletak pada Aristoteles. Sedangkan di dunia Timur, fondasi logika terdapat di dua wilayah, yakni Cina (Confusianisme: Confusius dan Mohisme: Moh Tih) dan India (Hindu: Nyaya, Vaesesika, Mimamsa; dan Budhis: Mahayana (Dignaga)). Representasi dari jenis logika Barat adalah logika Aristotelian, sedangkan representasi dari jenis logika Timur adalah logika Budhis. Meskipun berbeda wilayah, namun logika Aristotelian (logika Barat) dan logika Budhis (logika Timur) sama-sama berintikan pada penalaran silogistik atau silogisme. Silogisme Aristotelian merupakan relasi dari dua proposisi (premis mayor dan premis minor) yang menghasilkan satu proposisi baru (kesimpulan). Ketiga proposisi tersebut harus memuat tiga buah term yang masing-masing selalu muncul dua kali dalam dua proposisi dan masing-masing term mempunyai fungsi sebagai term Subjek, term Predikat dan term Menengah. Term Menengah adalah term yang sangat dibutuhkan dalam silogisme ini, karena term ini merupakan term penghubung bagi dua term lain di premis minor dan premis mayor. Kesahihan dalam silogisme Aristotelian akan diperoleh apabila ia menaati bentuk silogisme (figur dan modus) yang sahih, yakni ditentukan oleh hukum-hukum silogisme. Proses penalaran dalam silogisme ini menggunakan metode deduktif. Dengan itu, kita dituntut untuk memandang sutau penalaran hanya dari aspek formalnya saja, yaitu struktur atau bentuk penalaran. Silogisme Budhis merupakan relasi dari proposisi-proposisi yang mengekspresikan aturan umum (general rule) dan aplikasinya. Aturan umum terdapat dalam premis mayor dan contoh, aplikasi terdapat dalam premis minor dan kesimpulan. Sama hannya seperti silogisme Aristotelian, kesahihan dalam silogisme Budhis juga akan diperoleh apabila ia menaati bentuk silogisme (jenis dan metode)silogisme dan hukum-hukum silogisme. Proses penalaran dalam silogisme ini menggunakan metode induktif-deduktif. Dengan itu, kita dituntut untuk memandang suatu penalaran tidak hanya dari struktur penalarannya saja, tetapi juga dari kesesuainnya terhadap realitas. Kedua silogisme di atas, ternyata mempunyai keunggulannya masing-masing dalam dunia kehidupan manusia. Silogisme Aristotelian sebagai representasi dari jenis logika Barat akan lebih unggul apabila ia terdapat dalam dunia ilmiah atau akademis, sedangkan silogisme Budhis sebagai representasi dari jenis logika Timur akan lebih unggul apabila ia terdapat dalam kehidupan keseharian.