Analisis padanan yang dilakukan pada skripsi ini bertujuan untuk melihat jenis pemberian padanan dan komponen-komponen makna yang tidak muncul. Teori Zgusta digunakan oleh penulis untuk menentukan jenis padanan yang diberikan dalam kamus yang menjadi penelitiannya. Analisis komponen makna digunakan untuk menentukan komponen-komponen makna yang tidak dimiliki padanan entri_entri keagamaan. Penulis memperoleh 40 entri yang diberi padanan translational dan 33 yang diberi padanan explanatory. Penulis juga menemukan basil lain yang tidak sesuai t,dengan teori, yaitu 17 entri yang mendapat gabungan antara padanan translational dan explanatory. Hasil analisis komponen makna menunjukkan bahwa komponen makna suatu padanan diklasifikasikan menjadi dua kategori utama, yaitu padanan berkomponen makna sama yang berjumlah tujuh dan padanan berkomponen makna tidak sama. Padanan berkomponen makna tidak sama diklasifikasikan lagi menjadi dua padanan yang komponen makna generiknya tidak muncul, 22 padanan yang komponen makna keagamaan tidak muncul, 14 padanan yang komponen makna spesifik selain keagamaan tidak muncul, tiga padanan yang komponen maknanya tercakup dalam komponen makna lainnya, satu padanan yang komponen rnaknanya tidak lengkap sehingga tidak jelas, dua padanan yang komponen makna spesifiknya lebih banyak, dan 39 padanan yang tidak memunculkan berbagai komponen makna. Penulis menyimpulkan bahwa entri-entri yang memiliki muatan budaya menemui masalah dalarn pemberian padanan translational. Kamus Perancis-Indonesia tersebut juga menemui masalah dalam memberikan padanan berkomponen makna lengkap.
J'ai analyse les semes des equivalents. L'analyse semique est utilisee pour savoir quel seme n'est pas montre daps l'equivalent. Base sur la theorie de Zgusta, on a trouve 40 entrees qui ont les equivalents translational et 33 entrees ayant les equivalents explanatory. A part de la theorie de Zgusta, j'ai trouve 17 entrees qui ont le melange des equivalents translational et explanatory.A ('aide de 1'analyse semique, it n'y a que 7 entrees qui ont d'equivalents avec les memes semes. Le resultat aussi montre 83 entrees qui n'ont pas les memes semes. Deux equivalents ne montrent pas de semes generaux, 22 ne montrent pas de semes religieux, 14 n'ont pas d'autres semes specifiques, trois equivalents ont un seine qui compfend quelques semes, un equivalent n'a pas de seme qui cause cet tequivalent incomprehensible, deux qui ont plus de semes specifiques, et 39 equivalents ne montrent pas plusieurs semes. En conclusion, les termes religieux montrant la culture plutot occidentale, donnent un probleme de trouver les equivalents translational en indonesien. On a aussi conclu que c'est difficile de trouver des equivalents ayant les semes complets et appropries.