Skripsi ini membahas representasi maskulinitas dari segi fisik dan mental dalam majalah "Men's Health" USA. Obyek penelitian ini adalah empat artikel dalam majalah "Men's Health," yang terdiri dari dua artikel mengenai fisik dan dua artikel mengenai mental. Kemudian, penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode analisis wacana kritis Norman Fairclough. Selain teori analisis wacana kritis, dalam penelitian ini juga digunakan teori representasi, teori ideologi dan teori maskulinitas.
Hasil penelitian ini adalah dari segi fisik pria harus mengikuti "standar" maskulinitas yang ada, yaitu memiliki tubuh ramping, berotot, memiliki perut kotak-kotak ("six-packs"). Sedangkan dari segi mental, pria harus bisa menerima dirinya apa adanya dengan segala kelemahan dan pria juga dituntut untuk memiliki sisi "nurture" agar bisa pengurus anak-anaknya tanpa bergantung pada wanita. Dengan demikian, pada masa kini telah terjadi perubahan pemikiran masyarakat Amerika mengenai "standar" pria ideal.
This thesis deals with the representation of masculinity from a physical and mental perspective in the American magazine "Men's Health." The main topic of this thesis concerns four articles published in "Men's Health", consisting of two articles about the human physique and two articles about the human mentality. Furthermore, the method used in this research is based on the critical discourse analysis by Norman Fairclough. Besides the framework of critical discourse analysis, this thesis applies multiple other theories as well, like the theories of representation, ideology and masculinity. The conclusion that can be drawn from this research is that from the physical perspective, men have to follow the current 'masculinity standard', meaning a slim, yet muscled body. But, however, from the mentality perspective men have to accept their own shortcomings or weaknesses and are required to be in touch with their 'nurture-side' in order to take care of their children without being dependant on their wives. With these criteria in mind, we can see a recent development in the American way of thinking on the topic of the 'ideal man'.