Skripsi ini menguraikan awal perkembangan Ahmadiyah Lahore di Pulau Jawa, dalam hal ini di Yogyakarta pada 1924 - 1930. Gerakan Ahmadiyah yang telah terdengar gaungnya setelah kunjungan Khwadja Kamaluddin, seorang tokoh teras dan mubaligh terkemuka Ahmadiyah Lahore, di Surabaya pada 1920, mulai menebar benih-benihnya di Kota Yogyakarta. Hal ini bermula sejak kedatangan dua orang mubaligh dari Hindustan (British India), yaitu Maulana Ahmad dan Mirza Wali Ahmad Baig di kota ini pada tahun 1924, yang di sambut dengan baik oleh Muhammadiyah. Sejak itulah terjalin hubungan yang erat antara Ahmadiyah Lahore dengan Muhammadiyah. Selain dengan Muhammadiyah, Ahmadiyah Lahore melalui mubalighnya, Mirza Wali Ahmad Baig, juga menjalin hubungan dengan tokoh-tokoh dan organisasi-organisasi kebangsaan lainnya yang ada di Yogyakarta, seperti dengan Tjokroaminoto dan H. Agus Salim dari Sarekat Islam (SI), dan para intelektual muda Islam yang tergabung dalam Jong Islamiten Bond (JIB). Corak pemikiran yang rasional terhadap Islam dan sikap kritis Ahmadiyah terhadap agama Kristen merupakan daya tarik Ahmadiyah, terutama bagi kalangan intelektual muda Islam saat itu. Tetapi yang menarik adalah bahwa benih-benih awal Ahmadiyah Lahore ditabur di dalam tubuh Muhammadiyah, yaitu dalam kalangan intelektual mudanya yang pada akhirnya melahirkan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI).
This paper discusses on the early development of Ahmadiyah Lahore movement in Java, especially in Yogyakarta in 1924-1930. Ahmadiyah movement have been known after Khwadja Kamaluddin_s visit, a famous and leading mubaligh (preacher) of Ahmadiyah Lahore, to Surabaya in 1920. Ahmadiyah began to spread their influences in Yogyakarta. It started since the visit of two mubaligh of Ahmadiyah named Maulana Ahmad and Mirza Wali Ahmad Baig in Yogyakarta. Their visit got well welcoming from Muhammadiyah. After that, Ahmadiyah tried to build connections with some organizations and figures such as Tjokroaminoto and Agus Salim from Sarekat Islam (SI) and young moslem scholars from Jong Islamiten Bond. Ahmadiyah had attracted young moslem scholars due to their rational views on Islam and critical views on Christianity. However, the most interesting fact is that the early development of Ahmadiyah was started from Muhammadiyah through their young moslem scholars. At the end, they founded Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI).