Kotamadya Yogyakarta mengalami pertumbuhan penduduk yang
cukup pesat. Pada akhir tahun 1983 jumlah penduduk Kotamadya
Yogyakarta tercatat 408.500 jiwa (Dinas Statistik Kodya
Yogyakarta, 1987) dan pada akhir tahun 1994 jumlah penduduk
Kotamadya Yogyakarta tercatat 459.417 jiwa. Dengan luas 32,5
km , kepadatan penduduk rata-rata 14.136 jiwa per kilometer
persegi dan laju pertumbuhan penduduk setiap tahun sebesar
1,7 11 , maka kebutuhan untuk kehidupan semakin meningkat
diantaranya kebutuhan air. Berdasarkan data PDAM Tirtamarta
Kotamadya Yogyakarta, 42,5% dari jumlah penduduk yang dapat
dilayani kebutuhan air minumnya melalui jasa pelayanan,
sedangkan sisanya didapat dari air tanah.
Dari data tersebut dapat dipastikan bahwa air yang dikonsumsi
berasal dari air tanah. Adanya air dalam tanah suatu daerah
tidak tenlepas dari kondisi geohidrologi, curah hujan, penggunaan
tanah, dan pemanfaatan air tanah oleh daerah tersebut.
Kotamadya Yogyakarta dengan tingkat pertunthuhan yang cukup
pesat, berarti bertambahnya pemukiman penduduk dan saranasarana
lain yang turnbuh dan berkembang sesuai dengan pertumbuhan
penduduknya. Perkembangan Kotamadya Yogyakarta belum
diinthangi dengan penataan kota secara baik, sehingga banyak
menimbulkan akibat sampingan yang tidak diinginkan. Beberapa
daerah di kota mi ada yang tidak layak untuk dihuni, seperti
daerah dataran banjir dan daerah teras sungai, yang kadangkadang
dilanda banjir. Akibat lainnya adalah pada sistim
pernbuangan linthah, sistim sanitasi yang masih belum baik di
beberapa tempat di Kotamadya Yogyakarta. Berbagai macam
industri juga tumbuh di Kotamadya Yogyakarta, mulai dan
industri besar (aneka industri) dan industri kecil yang
tercatat pada Dinas Perindustrian. Industri tersebut baik
besar maupun kecil sangat potensial untuk menghasilkan limbah
yang dapat mencemari air. Efek samping penataan kota yang
kurang baik dan pertumbuhan yang cepat dengan segala dampaknya,
mengakibatkan penurunan mutu air di daerah kota, termasuk
air tanah.
Penelitian kualitas air tanah secara spatial dan menyeluruh
di wilayah mi belum pernah dilakukan, yang ada adalah data
pengujian sumur-sumur bar dalam dan data pengujian untuk
kasus-kasus tertentu. Semua penelitian tersebut belum dapat meniberikan informasi tentang seberapa jauh peñurunan mutu air
tanah di Kotarnadya Yogyakarta telah terjadi, dan khususnya
hubungannya dengan penggunaan tanah yang ada kaitannya dengan
pertumbuhan penduduk Kotamadya Yogyakarta.
Berdasarkan hal tersebut maka, masalah dalam penelitian mi
adalah : Bagaimana sebaran kualitas air tanah dangkai di
Kotamadya Yogyakarta ? Apakah variabei penggunaan tanah dan
variabel kepadatan penduduk Kotamadya Yogyakarta berpengaruh
terhadap sebaran kualitas air tanah dangkai Kotamadya Yogyakarta
?
Berdasarkan hasil analisis 170 sampel air tanah, maka konsentrash
Daya Hantar Listrik maksimum 895 .umhos/cm dan minimum
236 .umhos/cm, konsentrasi kesadahan total maksimum 338 mg/i
dan minimum 77,3 mg/l, konsentrasi suifat maksimum 250 mg/i
dan minimum 6 mg/i. Atas dasar konsentrasi ketiga unsur yang
diteliti serta mengacu pada baku mutu kualitas air jninum yang
ditetapkan MENKLH, maka di wiiayah penelitian dapat dibedakan
menjadi empat, yaitu : Kuaiitas air tanah sangat baik (konsentrasi
DHL < 350 £ltnhos/cm, konsentrasi kesadahan total < 15
mg/l, konsentrasi sulfat < 145 mg/1), kuaiitas air tanah baik
(konsentrasi DHIJ 350 - 475 umhos/cm, konsentrasj kesadahan
total 15 - 25 mg/l, konsentrasi suifat 145 - 175 mg/i)
kualitas air tanah sedang (konsentrasi DHL1 47€ - .600
Almhos/cm, konsentrasi kesadahan total 26 - 60 mg/l, konsentrasi
sulfat 176 - 210 mg/i), kualitas air tanah buruk
(konsentrasj DHL > 600 Almhos/cm, konsentrasj kesadahan total
60 mg/l, konsentrasi suifat > 210 mg/i)
Kualitas air tanah sangat baik tersebar cukup ivas di sebelah
timur Kotamadya Yogyakarta dan sebagian kecil tersebar di
sebelah utara dan tengah dari wiiayah peneiitian. Kualitas
air tanah baik tersebar di sebagian wiiayah bagian utara,
tengah dan selatan wiiayah peneiitian. Kualitas air tanah
sedang tersebar merata di seiuruh wiiayah peneiitian, begitu
.pula dengan kuaiitas air tanah buruk.
Dari hasil pembahasan didapatkan bahwa baik atau tidaknya
kualitas air minum di Kotamadya Yogyakarta tidak tenlepas
dari pengaruh penggunaan tanah di suatu tempat, dan mi
berarti kepadatan penduduk juga turut mempengaruhi.
Berdasarkan anaiisis peta dapat dikatakan bahwa wilayahwiiayah
dengan kepadatan pemukiman tinggi berkepadatan
penduduk tinggi dan di wilayah hilirnya, mempunyai kualitas
air tanah dengan konsentrasi unsur kimia yang lebih tinggi
dibandingkan dengan wilayah lain. Wiiayah-wiiayah pemukiman
dan wiiayah yang berpenduduk padat ditanibah wilayah iridustri meniberikan volume limbah yang besar. Di samping itu, wilayah
pemukiman relatif lebih kedap air dibanding wilayah
sekitarnya sehingga air hujan yang menjadi limpasan di
wilayah pemukiman lebih besar mengakibatkan tingkat
pengenceran air tanah oleh air hujan berkurang