Abu terbang merupakan llmbah yang dihasilkan darl pembakaran
batubara yang jumlahnya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
kebutuhan listrik di Indonesia. Abu terbang mempunyai susunan utama yang
terdiri dari aluminasilikat, mullite (Si2Al60i3) dan kuarsa (Si02) yang
merupakan sumber alumina dan silika yang penting dalam pembuatan zeolit.
Selain itu, abu terbang juga mengandung unsur runutan (trace elements) atau
unsur yang ikut terbawa bersama abu terbang pada saat pembakaran
batubara, dimana umumnya unsur runutan tersebut berupa logam-logam
berat yang dapat menyebabkan keracunan pada makhluk hidup.
Pada penelitian dilakukan pembuatan zeolit dari abu terbang dengan
menggunakan larutan NaOH secara hidrotermal. Modifikasi pada proses
hidrotermal dilakukan dengan menggunakan variasi konsentrasi basa NaOH, waktu dan temperatur pemanasan. Zeolit yang diperoleh pada proses
zeolitisasi abu terbang mengalami perubahan dibandingkan abu terbang
asalnya. Perubahan tersebut dapat dilihat pada basil pengukuran dengan
menggunakan FT-IR dan XRD.
Selanjutnya kadar logam Ni, Pb, Cr, Cd pada zeolit diukur dengan
AAS, diperoleh basil yang lebih kecil dibandingkan pada abu terbang asalnya.
Kadar logam yang tinggi menyebabkan abu terbang digolongkan sebagai
limbah B3.
Kemampuan zeolit dan abu terbang dalam menyerap ion ammonium
f
terlihat pada nilai KTK-nya. Nilai ini semakin meningkat seiring dengan
perubahan abu terbang menjadi zeolit. Nilai KTK untuk abu terbang adalah
13,5459 meq/100 gr sedangkan nilai maksimum KTK diperoleh pada Zeolit 4
yaitu 198,6763 meq/100 gr.
Pengaliran air (leaching) dilakukan untuk melihat kemampuan logam
berat Ni, Pb, Cr, Cd terlepas dari zeolit. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa logam berat tersebut sulit terlepas dari zeolit terutama akibat ailran air