Berbagai paket deregulasi di sektor keuangan yang digelarkan pemerintah secara langsung telah mengubah peta persaingan bisnis perbankan di Indonesia pada umumnya dan khususnya Bank BNI. Hal ini terutama ditunjukkan oleh penurunan porsi giro, tabungan, deposito dan kredit yang dihimpun/diberikan, baik di kelompok bank pemerintah umumnya dan khususnya pada Bank BNI, terhadap rata-rata lain. Untuk itu diperlukan manuver-manuver baru pada bank dalan marketing mix, salah satunya adalah dalam bentuk pricing strategy yang sesuai dengan kondisi inmte rn perusahaan dan kondisi ekstern yang dihadapi . Tujuan penulis dalam skripsi ini adalah untuk nengetahui strategi harga yang digunakan Bank BNI dewasa ini, terutama dalam penetapan Base Lending Rate untuk produk kreditnya serta mengevaluasi seberapa jauh pricing strategy tersebut sesuai dengan kondisi bank BNI sendiri (kekuatan dan kelemahannya ) maupun dengan pola persaingannyang dihadapinya ( dalam bentuk aneaman dan kesempatan yang tersedia) . Metode penelitian yang diguoakan adalah dalam bentuk common size analysis dari berbagai rasio keuangan yang relevan dan msnilai pengaruhnya atas lima faktor yang mempengaruhi strategi penetapan harga kredit bank, yaitu tujuan perusahaan ; faktor peraaingan atau posisi pasar faktor biaya; faktor permintaan (target market); resiko; dan required profit margin (spread) . faktor Sebagai pembaoding, data industri yang penulis gunakan meliputi data rata-rata dari 6 bank pemerintah , 31 bank swsata oasional, dan 11 bank asing/ campuran. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Bank BNI menggunakan FULL COST PRICING dalan pricing strategynya dengan formula sebagai berikut Base lending rate = {(COP + PC + Risk + Spread}) * (l+T) dimana, COP = Cost of fund PC = Processing cost . T = Efective taxe rate . Penerapan pricing method tersebut secara teoritis akan menghasilkan harga yang relatif tinggi dari yang dihasilkan oish cost based pricing method lainnYB . Beberapa faktor yang dapat membenarkan penggunaan pricing method tersebut di Bank BNI adalah ; -Memiliki market share yang relatif lebih besar dari ratarata bank lain baik dalam asset, liabilities, maupun modal. -Efisiensi biaya bunga dan processing cost yang relatif lebih tinggi dari rata-rata bank lain. Tingginya efisiensi biaya dana di bank ini terutama disebabkan oleh kecilnya porsi dana masyarakat - meliputi giro, tabungan , dan deposito dari total interest bearing fund yang dihimpun bank ini di bandingkan rata-rata bank lain. Sedangkan rendahnya processing cost di Bank BNI disebabkan economies of scale yang dicapai melalui besarnya share bank ini baik di sisi asset, liabilities maupun modalnya d ibandingkan rata-rata bank lain. -Menentukan required spread yang relatif lebih rendah dari rata-rata bank lain. -Dan sebagai "pintu terakhir" dalam usaha untuk mengurangi fleksibilitas harga dari para nasabahnya, Bank BNI selalu berusaha untuk memberikan non -benefit price dalam berbagai bentuk. Dalm hal ini Bank BNI cenderung memfokuskan pada wholesale customer. -Dalam pengukuran resiko ysng dibebankan dalsm base lending ratenya, Bank BNI mengukurnya dalam bentuk estimasi industry risk yang dibedakan dalam 6 sektor ekonomi, yaitu pertanian, manufaktur, lainnya.