Naskah ini berisi teks Serat Jaka Ma'il (atau Jaka Ismangil), tersusun dalam 35 pupuh tembang macapat. Menurut kolofon, naskah disalin oleh R.M. Puspasudirja, sedangkan pemiliknya adalah Mas Behi Mangunseduta. Tempat penyalinan tidak disebutkan. Informasi mengenai pengarang teks tidak ada. Teksnya menceritakan tentang Jim Sakar yang dihukum oleh Nabi Sulaiman dimasukkan ke dalam cupu timah lalu dibuang ke laut. Anak-anaknya, Sakarjan dan Sakarji, ingin menolong namun tidak dapat, mereka kembali ke rumah. Setibanya di rumah mereka bertengkar memperebutkan warisan orangtuanya. Adalah seorang penjala ikan bernama Satruna yang mendapat cupu timah. Setelah dibuka keluarlah jim Sakar. Jim Sakar berniat membunuh penjala ikan namun dengan tipu muslihat jim dapat dimasukkan kembali ke dalam cupu lalu dibuang ke laut. Ma'il, anak penjala ikan Satruna, semenjak kematian orangtuanya segera pergi mengembara berguru pada Kyai Dul Basir di bukit Wora-Wari. Oleh gurunya Jaka Ma'il akan dijodohkan dengan putrinya Sawiyah, namun murid-murid Kyai Dul Basir, Kasan Umar dan Dul Jalil, berniat menipu Jaka Ma'il agar Sawiyah tidak tertarik pada Jaka Ma'il. Mereka menggunakan gendam. Walaupun telah menikah Sawiyah tidak tertarik pada Jaka Ma'il. Jaka Ma'il pamitan pada mertuanya untuk pergi. Di tengah hutan ia bermimpi bertemu ayahnya yang memerintahkan untuk pergi ke Timur. Jaka Ma'il bertemu dengan Ki Luka lalu diajarkan tentang hubungan suami istri. Ki Luka ingin menjodohkan anaknya Rara Sri Wulan dengan Jaka Ma'il. Setelah pernikahan Sri Wulan masih berhubungan dengan Gendruwo sehingga Jaka Ma'il menjadi kecewa. Paginya Jaka Ma'il pamitan pergi. Di tengah hutan Jaka Ma'il mendengar pertengkaran Jim Sakarjan dan Sakarji perihal warisan, oleh Jaka Ma'il persoalan itu dapat diselesaikannya. Jaka Ma'il mendapat bagian pedang Sabab Malang, yang sangat sakti. Dengan pedang itu Jaka Ma'il terbang mengembara. Di suatu hutan Jaka Ma'il menolong orang yang melahirkan, anaknya segera diambil dan diberi nama Maknawiyah. Setelah besar Maknawiyah diambil istri oleh Jaka Ma'il. Seorang putra Raja Rum, Sayid Abas, terpisah dari rekan-rekannya yang pergi berburu di hutan. Sayid Abas tiba di rumah Jaka Ma'il. Iatertarik dengan Maknawiyah, lalu mereka berhubungan badan. Jaka Ma'il yang tiba dari udara tidak menemukan Sayid Abas, namun ia curiga karena ada terompah yang tertinggal. Maknawiyah ditanya tentang siapa yang datang, tidak memberi tahu. Sayid Abas mencoba merayu Maknawiyah agar Jaka Ma'il mau menyerahkan pedangnya, namun Jaka ma'il selalu menolak. Jaka Ma'il telah menemukan persembunyian Sayid Abas, malah ia senang karena Sayid Abas sangat tampan. Jaka Ma'il kembali mengembara dan diam di pohon besar. Sayid Abdurrahman mencuri putri Syam bernama Dewi Mayang Mekar. Dalam perjalanan ia istirahat dan tidur di bawah pohon tempat Jaka Ma'il tinggal. Ketika Sayid Abdurrahman tertidur, Mayang Mekar mengeluarkan kekasihnya yang disembunyikan yaitu Sayid Umar Saharsan, mereka berkasih-kasihan berdua. Sayid Abdurrahman yang terbangun segera mencari Mayang Mekar. Mayang Mekar cepat-cepat menyembunyikan kekasihnya. Sayid Abdurrahman melanjutkan perjalanan, tetapi Jaka Ma'il memanggil dan mempersilakan agar mampir ke rumahnya. Maknawiyah diperintahkan menyediakan makanan untuk 6 orang, lalu Jaka Ma'il mulai membuka semua rahasia dari para wanita itu. Kekasih Maknawiyah Sayid Abas dikeluarkan dari tempat persembunyiannya demikian juga dengan kekasih Mayang Mekar, Umar Saharsan. Setelah memberi nasehat Jaka Ma'il pergi dengan Abdurrahman mengembara ke negara Kayu Areng. Negara Kayu Areng tak memiliki raja, sehingga ada sayembara siapa yang didatangi oleh gajah putih kendaraan raja terdahulu, maka ia akan menjadi raja. Gajah mendatangi Ma'il dan Ma'il menjadi raja di negara Kayu Areng dengan gelar Prabu Jaka Ma'il, sedangkan Abdurrahman diangkat sebagai patih. 1) asmaradana; 2) sinom; 3) megatruh; 4) dhandanggula; 5) pangkur; 6) gambuh; 7) durma; 8) pucung; 9) sinom; 10) mijil; 11) maskumambang; 12) kinanthi; 13) dhandanggula; 14) blabak; 15) dhandanggula; 16) sinom; 17) dhandanggula; 18) wirangrong; 19) dhandanggula; 20) asmaradana; 21) mijl; 22) sinom; 23) megatruh; 24) gambuh; 25) dhandanggula; 26) mijil; 27) kinanthi; 28) sinom; 29) pucung; 30) blabak; 31) wirangrong; 32) girisa; 33) dhandanggula; 34) swadana; 35) basonta.