Naskah ini terdiri dari dua teks macapat, yaitu lampahanipun Dewi Sri sakedhik dan babad ngerum. Kedua teks disalin oleh orang yang sama. Pada h.i-v juga terdapat sebuah teks prosa dengan aksara yang berbeda, berjudul serat Dwijakatama. Teks ini berisi sebuah cerita singkat, yaitu tentang Prabu Kalasrenggi yang memerintah patihnya untuk mencuri seorang bayi, putra Prabu Suryakusuma dari negara Bandar Gupala. Bayi tersebut akan digunakan oleh Prabu Kalasrenggi sebagai tumbal negaranya. Dua orang putra Prabu Suryakusuma lainnya, yaitu R. Nukma Kusuma dan R. Nukma Pamedhar berusaha merebut kembali bayi tersebut. Tentara Prabu Kalasrenggi dapat dikalahkan dan bayi dapat direbut kembali. R. Nukma Kusuma kemudian menjadi raja di Simbar Sasra bergelar Prabu Candrakusuma, R. Nukma Pamedhar diangkat sebagai senapati di kerajaan Bandar Gupala. Teks lampahanipun Dewi Sri sakedhi, berisi kisah perjalanan Dewi Sri pada saat mencari saudaranya, yakni R. Sadana (serat Sri Sadana). Dalam perjalanan ini, Dewi Sri memberikan sejumlah ajaran/petunjuk dan larangan kepada para petani dan para wanita tentang pertanian, dan cara sesaji yang baik yang ditujukan untuk dirinya. Teks terdiri atas enam pupuh, sebagai berikut: 1) sinom; 2) pangkur; 3) kinanthi; 4) megatruh; 5) pangkur; 6) durma. Teks terakhir, babad ngerum, berisi kisah di negeri Rum Dwijakotama, ketika Seh Suman berguru pada sang Pandhita Ngusmanajid, kemudian sejumlah dwija (ulama) berkumpul untuk memperkenalkan ilmu masing-masing dengan menjarwakan dari bahasa Arab ke dalam bahasa Jawa. Para Dwija tersebut adalah: Seh Suman, Seh Ngusmanajid, Seh Darulsalam, Seh Bukti Jalal, Seh Pramanajati, Sang Brahmana Darma. Babad ini tersusun dalam tujuh pupuh yaitu: 1) dhandhanggula; 2) pangkur; 3) asmarandana; 4) gambuh; 5) kinanthi; 6) mijil; 7) pucung.