Naskah ini berisi teks versi santri lelana berjudul Serat Jatiswara. Korpus sastra karya ini pernah diteliti (lihat Behrend 1987). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa teks 'cikal bakal' dari gugusan teks Jatiswara mungkin ditulis di Cirebon sekitar awal abad 17. Dari Cirebon, Serat Jatiswara menyebar ke pelbagai daerah di Jawa maupun Lombok, menganak-tekskan minimal tujuh versi atau redaksi cerita ini. Untuk kupasan kilat tentang ketujuh redaksi tersebut, lihat deskripsi naskah MSB/L.161 (Behrend 1990: 312-314). Pada tahun 1985, ketika Behrend meneliti naskah FSUI/CS.89 ini, ternyata ia kurang seksama, dan keburu mengelompokkan naskah ini dalam redaksi Lombok (1987: 30), sebab berdasarkan paleografinya naskah ini dianggap berasal dari Yogyakarta masa awal. Sekarang kesalahan tersebut dapat diralat. Teks pada FSUI/CS.89 ini merupakan redaksi monometris lain yang pada awal dan tengahnya cukup mirip dengan versi Lombok, tetapi jelas berbeda, karena urut-urutan adegan di dalamnya pun tidak sama. Menurut dugaan Behrend yang baru (masih bersifat sementara, karena sempat Naskah ini sendiri kemungkinan berasal dari kraton Kartasura atau Yogyakarta awal, yaitu sekitar awal sampai pertengahan abad ke-18. Dugaan ini masih harus dianggap bersifat sementara, karena didasari oleh kesan tentang gaya tulisan serta kodikologi naskah. Keragu-raguan ini timbul karena pengetahuan Behrend tentang perkembangan corak tulisan Jawa pada zaman Kartasura dan Yogyakarta awal belum memadai betul. Akan tetapi, cukup jelaslah bahwa jika naskah ini memang berasal dari kraton tersebut, maka kemungkinan besar bahwa penyusunan teksnya juga dilaksanakan di tempat yang sama. Seluruh teks disusun dalam satu metrum tembang macapat, ialah dhandhanggula. Urutan adegan cerita sebagai berikut (nama adegannya diambil dari nama tokoh utama yang mengadu ilmu bersama Jatiswara yang bertamu di desanya; Jatiswara mengembara dari desa ke desa mencari adiknya, Ki Sajati, yang hilang): Ki Nurwahdat, Ki Cahyacarmin, Bujangga Adimulya, Ki Ajisaka, Ki Ajidarma, Ki Walilanang, Dewi Rarasati (kawin), bersama Rarasati bertemu adiknya Sajati yang kemudian moksa; setelah ini, disusuli dengan ceritera Ni Retna, isteri Sajati, yang berkelana mencari sang suami setelah moksanya. Teks tidak tamat. Naskah ini diperoleh Pigeaud pada tahun 1939, dibeli di Yogyakarta dari seseo-rang bernama Sutasja. Oleh Mandrasastra pernah diringkas dan diteliti untuk kata-kata khusus guna melengkapi bahan leksikografis Pigeaud.