Naskah merupakan hasil alih aksara dari naskah FSUI/CL.59 yang kini telah hilang dari koleksi FSUI. Isi cerita kancil dalam naskah ini agak berbeda dengan kisah kancil di serat-serat lain. Perbedaan terletak pada tokoh kancil yang dalam naskah ini digambarkan sebagai seorang pemuda dengan ilmu pengetahuan yang luas. Dari gambaran tersebut tidak tertangkap kesan bahwa kancil adalah tokoh binatang. Teks banyak memuat dan menguraikan ajaran moral, ketatanegaraan, kritikan kepada para santri, ajaran kebatinan, dan lain-lain yang disampaikan melalui wejangan keong kepada kancil, kemudian kancil kepada buaya, kancil kepada harimau dan kuwuk, dan lain-lain. Kancil merupakan putra Raden Pathangkus dari Ampeldenta dan seorang dewi dari negara Wiradi. Pada usia 16 tahun Kancil telah menguasai berbagai ilmu di antaranya adlah ilmu kebatinan, ilmu falak, Al-Qur'an, sastra dan bahasa Arab maupun Jawa, Kawi Buda, Kawi Keling, undang-undang dan hukum Jawa-Belanda, dan lain-lain. Keterangan penulisan teks ini tidak ada, tetapi melihat gejala bahasa dan terutama sasmitaning tembang yang diletakkan pada awal pupuh baru, maka diperkirakan bahwa teks ini berasal dari lingkaran kesusasteraan Pakualaman, Yogyakarta. Isi teks ini dekat kepada Serat Kancil Salokadarma karena sama-sama memuat ajaran moral, Islam, kebatinan, dan lain-lain, yang disampaikan melalui wejangan. Bandingkan deskripsi naskah FSUI/CL.58 untuk keterangan selanjutnya tentang Kancil Salokadarma, dan CL.57 untuk keterangan korpus Serat Kancil secara umum. Naskah dialih aksara oleh staf Pigeaud pada bulan Desember 1938 sebanyak 4 buah. Dua dari salinan ketikan itu masih tersimpan di FSUI, yaitu CL.60 dan CL.60a, sedangkan satu lagi adalah PNRI/G 154. Salinan MSB tidak ada.