Teks Gatotkacasraya yang berbentuk kakawin ini, diawali dengan kisah Abimanyu, putra Arjuna yang dititipkan di Dwarawati ketika para Pandawa dibuang ke hutan selama 12 tahun. Abimanyu sangat disayangi oleh Kresna, bahkan timbul keinginan untuk menjodohkannya dengan Siti Sundari. Siti Sundari berniat pergi ke hutan untuk mengikuti cara hidup sederhana para pertapa. Abimanyu turut bergabung dengan para prajurit pengawal. Mereka berdua akhirnya saling jatuh cinta. Hubungan mereka tidak berlangsung lama, sebab Siti Sundari akan dijodohkan dengan Laksanakumara, anak Duryudana. Abimanyu bertekad mempertahankan Siti Sundari dengan taruhan nyawa. Baladewa sangat marah mendengar berita tentang hubungan mereka, dan ingin segera menikahkan Siti Sundari dengan Laksanakumara sebelum Kresna kembali ke kraton. Abimanyu melakukan semadi mohon anugerah dewa. Pada saat itu, Karalawakra, abdi Dewi Durga menyergap Abimanyu untuk dipersembahkan kepada Dewi Durga. Berkat mantra sakti yang dilontarkan Abimanyu, Dewi Durga urung memangsanya, bahkan memberi nasihat agar dia minta bantuan Gatotkaca di Kurubaya. Kisah dilanjutkan dengan upaya Gatotkaca dan Abimanyu merebut Siti Sundari. Gatotkaca menyamar sebagai Siti Sundari. Upaya ini diketahui Bajradanta dan segera melaporkan kepada Laksanakumara. Terjadi pertempuran sengit antara Gatotkaca dengan Bajradanta yang menyamar sebagai Laksanakumara. Bajradanta akhirnya tewas. Duryadana sangat murka mengetahui kematian Bajradanta, sehingga berniat menggempur Dwarawati. Niatnya dapat dicegah oleh Baladewa. Tentara Korawa menyerang para Yadu, namun dapat ditangkis oleh Gatotkaca dan Abimanyu. Baladewa hampir saja bertriwikrama dalam wujud yang menggetarkan, jika perintah untuk menghentikan perang tidak ditaati. Dalam suasana kemurkaan seperti itu, datanglah Kresna meredakannya. Teks berakhir dengan pesta pernikahan antara Abimanyu dengan Dewi Utari dan Siti Sundari. Naskah selesai ditulis pada hari Sabtu Manis, Medangkungan, th 1738 (1816 M) i Sasak (h.50a). Suatu catatan tambahan yang terdapat pada h.la menyebutkan: Gatotkacasraya, I G. Jlantik (t.t), magang bestir residen, 1896. Juga pada h.50b menyebutkan: druwen Ida I Gusti Putu Jlantik, ring Singaraja, 1896. Dengan demikian, naskah yang semula ditulis dan berada di Sasak (1816 M), kemudian disalin menjadi milik Ida I Gusti Putu Jlantik tahun 1896, di Singaraja Bali.