Lontar Bali ini berisi dua teks, yaitu: 1. Tutur Purwa Wacana (Dharma Pawayangan) h.1-11, berisi uraian tentang kewajiban atau syarat seorang dalang dalam menekuni dunia pewayangan (lihat FSUI/WY.5 dan 6). Keterangan tambahan yang terdapat dalam naskah ini, yakni menyangkut peralatan dalam pergelaran wayang seperti kelir, kropak, dan sebagainya, yang dihubungkan dengan dunia mikrokosmos (bhuwana alit) sang dalang. Disebutkan juga mantra-mantra pengeger agar pihak penonton tertarik hatinya, mantra-mantra penyimpanan wayang, brata seorang dalang, mantra sehabis ngwayang, dan tetulak lengkap dengan mantranya, agar terhindar dari marabahaya. Bandingkan FSUI/WY.5-6 dan MSB/W.17-18 untuk naskah lain yang berisi teks Dharma Pawayangan. 2. Dharmaning Pawayangan (Sanghyang Kencana Widhi) h.1-14, berisi uraian tentang perlengkapan/sarana pewayangan berikut lambangnya masing-masing, seperti: batang pohon pisang sebagai tanah, kelir sebagai langit, lampu sebagai surya; dan wayang sebagai manusia, disertai mantra-mantra. Dilanjutkan dengan mantra-mantra: pengeger, mantra kayon, mantra segeh, bebayon, panyampi dan lain-lain. Pada h.6b terdapat keterangan tentang hal-hal yang harus dipahami oleh seorang dalang, antara lain: sangut, delem, mredah, twalen, dilengkapi dengan tempat, warna dan sabdanya masing-masing. Disebutkan juga peranan Aji Kembang bagi dalang kaitannya dengan penyudamalan (pangruwatan), sarana dan mantra pangalup, diakhiri dengan Aji Pangebek Bhuwana. Pada sampul depan dijumpai kata pawayangan, Mengwi (tempelan kertas bertulisan tinta biru). Keterangan ini kemungkinan menunjukkan asal naskah, yaitu dari Mengwi, atau dibeli Pigeaud (?) di Mengwi, Bali. Teks tidak menyebutkan keterangan penulisan/penyalinan maupun pemerolehan naskah.