Pada akhir proyek konstruksi kerap terjadi penyimpangan biaya (cost overrun) yang dapat merugikan pemilik (owner) maupun pelaksana (contractor). Penyimpangan ini salah satunya disebabkan oleh penyimpangan biaya material. Untuk mengatasi permasalahan tersebut usaha yang dapat dilakukan kontraktor adalah mengelola dengan baik material yang ada, yaitu dengan menerapkan manajemen material dengan benar, karena sekitar 50-60% biaya total proyek konstruksi digunakan dalam pengadaan material dan peralatan. Salah satu usaha dalam menekan biaya material adalah dengan melakukan pembelian terpusat (centralized purchasing). Metode ini telah banyak digunakan di luar negeri dan tidak hanya terbatas pada dunia konstruksi. Penerapan sistem ini belum dapat menjamin kesuksesan pelaksanaan proyek konstruksi, karena sistem ini juga mempunyai beberapa kerugian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan sentralisasi pengadaan material terhadap kinerja proyek konstruksi gedung bertingkat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus pada proyek pembangunan Kayamas Residences. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif, non-statistik, dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Penerapan sistem sentralisasi pengadaan material pada proyek yang diteliti (Kayamas Residences) menunjukan bahwa risiko kenaikkan biaya pengadaan material dapat dikurangi.