ABSTRAKSelama pengelasan terjadi siklus termal yang dapat mengakibatkan terjadinya deformasi plastis yang tidak seragam, sementara pada perlakuan panasnya deformasi ini menjadi tegangan sisa yang disebabkan oleh gradien temperatur dan peruhahan fasa atau kombinasi keduanya selama pendinginan. Tegangan sisa (residual stress) ini ditimbulkan pada material yang mengalami pengelasan yang penyehab utamanya adanya konlraksi dari logam cair yang membeku. Tegangan sisa pada daerah lasan ini memberikan dampak utama, yaitu menghasilkan distarsi bemuk atau dimensi dan menyebabkan kegagalan prematur dari daerah lasan.
Untuk menghiddari kemungkinan tersebut dari produk pengelasannya maka dilakukan perlakuan panas pasca las, dalam hal ini pembeban tegangan (stress relieving) dengan pemanasan seragam pada struktur atau komponen pada temperatur yang sesuai dibawah temperatur rekristalisasinya, alu ditahan pada waktu lerrenru yang diikuti pendinginan juga seragam untuk mencegah munculnya disrorsi baru atau tegangan sisa yang baru.
Penelitian ini dilakukan pada komponen Turbine Exhaust Case pesawat bermesin jet Pratt&Whitney JT9D-7Q dengan material baja tahan karat Metrrensitik jenis Greek Ascoloy S41800 sebagai material uji dengan ketebalan 1,9 mm sebanyak 2 buah pada masing-masing perlakuan. Perlakuannya yairu, logam untuk lampu perlakuan, hasil pengelasan dan ketiga hasil pengelasan dan stress relieving. Pengelasan yang dilakukan menggunakan metode GTA (Gas Tungsren Arc Welding dengan arus 120-140 ampere. Perlakuan berikutnya, material hasil las dipanaskan hingga temperatur 570 ℃ yang ditahan selama 2 jam dan diikuti pedinginan perlahan hingga temperature kamar. Pengujian kekerasan dilakukan untuk melihat pengaruh perlakuan panas terhadap kekrasan material, karena tujuan utama stress reliaving ini adalah meningkatkan keuletan dan ketangguhan dengan mereduksi kekerasannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kekerasan logam las HAZ (daerah terpengaruh panas) hasil las tanpa perlakuan panas memiliki nilai kekersan tertinggi dan getas karena material memiliki strukturmikro martensitik. Dari fenomena ini disimpulkan hasil perlakuan panas pasca las memiliki kekerasan logam las dan HAZ yang lebih rendah dan sifat mekanik lebih baik dimana perbedaan kekersan dengan logam induknya tereduksi dan kegetasan berkurang.