Manusia dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, keduanya saling berinteraksi. Untuk berlindung dari keganasan alam manusia membuat rumah dan sebagai makhluk sosial maka manusia berinteraksi dan tinggal bersama-sama orang lain. Maka muncullah suatu kelompok rumah yang kemudian disebut pemukiman.
Pada daerah perkotaan dimana penducluknya banyak sering terj adi persaingan mendapatkan Iahan karena lahan yang tersedia semakin terbatas, Persaingan juga dipicu faktor kedekatan dengan pusat kegiatan, semakin dekat semakin mahal, Ketidak beruntungan pekerja pada sektor formal, membuat mereka beralih ke sektor informal dengan penghasilan pas-pasan Pekeljaan sektor informal hams tinggal dekat pusat kegiatan karena daerah inilah memiliki peluang untuk mencari nafkah Oleh karena daya beli yang rendah, para pekerja sektor informal memilih untuk bermukim pada tanah kosong milik pemerintah, Akhimya trbentuklah pemukiman liar.
Pemukiman ini tak jarang terlihat kumuh sehingga memicu pemerintah untuk menggusur ke tempat yang dianggap lebih baik misalnya rumah susun. Namun temyata biaya hidup yang tinggi pada rumah susun, menyebabkan masyarakat berekonomi pas-pasan tidak dapat hidup di rumah susun. Masyarakat dengan golongan ekonomi menengah yang hanya mampu hidup dalam rumah susun. Lalu bagaimanakah masyarakat dengan taraf ekonomi rendah bermukim dengan baik di perkotaan sehingga mereka dapat melangsungkan kehidupannya Lalu bagaimanakah pemerintah menyedikan pemukiman bagi masyarakat bertaraf ekonomi rendah agar lebih sesuai dengan kehidupan masyarakat bertaraf ekonomi rendah.
Teori Ekofeminisme dengan konsep berkelanjutannya mengandung nilai-nilai etika lingkungan bepijak pada nilai-nilai budaya perempuan seperti kesetaraan, keadilan, cinta, persahabatan, kepercayaan dan hubungan baik antar sesama telah merencanakan pengelolaan lingkungan pemukiman di daerah perkotaan dengan basis partisipasi masyarakat Pembangunan pemukiman dengan basis partisipasi masyarakat dapat menjawab kebutuhan bermukim masyarakat bertaraf ekonomi rendah di perkotaan.