Minyak mineral paling banyak digunakan sebagai minyak dasar (base oil)
untuk minyak lumas karena harganya yang murah, tersedia cukup banyak, dan
memenuhi persyaratan pelumasan seperti memiliki sifat ketahanan oksidasi yang
cukup baik.
Beberapa penelilian menyatakan bahwa minyak nabati juga dapat digunakan sebagai minyak dasar. Namun, minyak nabati memiliki sifat ketahanan oksidasi yang rendah. Pada penelitian ini, penulis menguji ketahanan oksidasi minyak biji kepoh dengan menggunak an micrnoxidarion tester.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak biji lcepoh menghasilkan
massa deposit yang lebih besar dibandingkan dengan minyak jarak (castor oil) dan
minyak mineral HVI 160 S. Hasil analisis F'1 juga menunjukkan hal yang sama
dimana rasio luas peak antara gugus C=O dan C-H minyak biji kepoh adalah yang
paling besar. Sedangkan untuk massa terevaporasi minyak biji kepoh lebih kecil
dibandingkan dengan minyak jarak dan minyak mineral HVI 160 S. Penambahan
aditif anti oksidan (ZnDTP) sebanyak 2 % pada ketiga sampel menunj ukkan bahwa
penurunan massa deposit minyak biji kepoh 43,42 %, minyak jarak 42,55% dan
minyak mineral HV! 160 S 26,67 %. Hasil analisis PTIR menunjulrkan penurunan
jumlah senyawa karbonil (C=O) yang terbenmk pada minyak biji kepoh 15,34%,
minyak jarak 14,77 % dan minyak mineral HVI 160 S 11,25 %, sedangkan
penurunan massa terevaporasi minyak biji kepoh 52,29 %, minyak jarak 45,89 %
dan minyak mineral HW 160 S 33,51 %. Pengaruh aditif yang begitu besar dalam
memperbaiki ketahanan oksidasi minyak biji kepoh temyata tidak bisa menyamai
ketahanan oksidasi minyak mineral HVI 160 S.