Rumah Sakit (RS) adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Masalah biaya telah menjadi suatu hal yang penting dalam keberhasilan pelaksanaan operasi-operasi dalam rumah sakit. Oleh karena itu, memiliki kemampuan untuk mengendalikan biaya menjadi suatu keharusan bagi sebuah rumah sakit yang ingin terus maju dan berkembang.
Menjalankan fungsi persediaan berarti mengeluarkan biaya. Oleh karena itu persediaan tidak diinginkan dalam arti persediaan tidak memberikan kontribusi langsung terhadap proses yang berlangsung. Di lain pihak persediaan tetap diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup pasien sebagai alat pembantu medis, untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Jika terjadi keterlambatan pada penyediaan barang maka akan terjadi keterlambatan pula pada proses penolongan terhadap pasien.
RS PMI Bogor mengandalkan subyektifitas dalam pengambilan keputusan pengendalian persediaannya, sehingga diperlukan suatu pengaturan persediaan yang lebih reliable dan dapat dipertanggungjawabkan.
Dari perhitungan dengan metode EOQ dapat diketahui parameter minimum maksimum suatu barang serta cadangan minimum suatu item (contoh kasus benang bedah) yang berguna dalam pengendalian persediaan sehingga tidak terjadi stockout atau kehabisan. Dengan perhitungan ini juga dapat diketahui frekuensi pemesanan suatu barang sehingga dapat memperkecil biaya pemesanan atau yang disebut dengan ordering cost. Parameter-parameter tersebut dapat membantu pihak RS PMI Bogor dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengendalian persediaan di gudang logistik farmasi dengan contoh kasus benang bedah.