Pada era globalisasi mendatang, kita mendapatkan bahwa persaingan semakin ketat pada semua industri yang ada. Untuk tetap bertahan dan kompetitif, sebuah perusahaan harus dapat mengetahui tingkat kinerjanya. Karena itulah diperlukan sebuah sistem pengukuran kinerja yang dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan kinerja tersebut. Sistem pengukuran tradisional yang selama ini dipakai hanya melihat pada perspektif finansial dalam menentukan peningkatan kinerja perusahaannya. Dan anggapan seperti itu tidak dapat digunakan lagi pada era sekarang ini, mengingat pandangan masyarakat sudah semakin kritis. Beberapa praktisi dan ilmuwan yang berkecimpung langsund pada dunia industri nyata, menyadari bahwa diperlukan model-model baru dalam sistem pengukuran, kinerja yang juga mengukur aspek non-finaisial perusahaan. Di antaranya terdapat Maskell yang menlis mengenai World Class Manufacturing, Kaplan dan Norton yang mengembangkan metode Balanced Scorecard dan lembaga penelitian ECOGRAI yang meneliti mengenai performance Evaluation untuk sistem manufaktur. Dari semua model baru pengukuran kinerja tersebut, penulis dengan menggunakan konsep screening dan scoring memilih satu model yang dijadikan sebagai studi kasus. Dan model yang dipakai untuk itu ialah Balanced Scorecard yang dicetuskan pertama kali oleh Kaplan dan Norton tahun 1996. Setelah melakukan perancangan Balanced Scorecard yang menerjemahkan visi, misi dan stratedi perusahaan ke dalam beberapa tolak ukur keberhasilan dan inisiatif pada masing-masing perspektif, penulis mencoba menvisualisasikannya dengan menggunanan Matriks Objektif (OMAX). Dari dari OMAX memberikan gambaran mengenai indeks dari masing-masing perspektif, sehingga kita dapat mengetahui di mana prioritas perbaikan kinerja harus dilakukan.