Arsitektur oriental merupakan sebuah bentuk bahasa arsitektur yang kemunculannya tidak terlepas dari sejarah kemunculan sebuah paham orientalisme, yang merupakan sebuah mindset yang dibentuk orang - Barat - mengenai pandangannya terhadap - Timur - . Orientalisme yang muncul sebagai sebuah cara memulai masa dengan bangsa - Timur - kemudian pada perkembangannya cenderung menjadi sebuah alat untuk mendominasi dan menginvasi sebuah wilayah baru, kemudian menjadi sebuah alat legalisasi perwujudan praktek imperialisme dan kolonialisme, yang kemudian hingga sekarang berubah menjadi sebuah bentuk kapitalisme. Orientalisme yang mendorong sebuah invasi ke wilayah baru akhirnya menyebabkan pula suatu bentuk migrasi dan mendorong pula sebuah pembauran identitas. Migrasi sendiri mendorong terjadinya sebuah bentuk representasi makna, yang merupakan ekspresi budaya, dan kemudian muncul lewat sebuah bahasa yaitu arsitektur, yang kemudian digolongkan ke dalam arsitektur oriental. Representasi ini kemudian terjadi juga pada arsitektur oriental di Jakarta yang notabennya adalah kota yang multikultural. Hal yang terjadi kemudian adalah arsitektur modern yang mengangkat tema oriental di Jakarta sekarang seakan mengalami penyempitan akan makna oriental itu sendiri. Hal ini merupakan sebuah pergeseran makna dari representasi arsitektur oriental yang terjadi lewat sebuah perjalanan sejarah yang panjang, dan sayangnya pergeseran ini cenderung menyebabkan sebuah degredasi makna. Hipotesis awal ini kemudian dilihat kembali pada studi kasus yang ada dilapangan yaitu dengan membandingkan elemen identitas yang terdapat pada Klenteng Tan Seng Ong yang mewakilkan arsitektur oriental masa lalu dan Kampoeng Cina, Kota Wisata yang mewakilkan arsitektur oriental masa kini. Elemen identitas yang dianalisis kemudian terdiri dari elemen ruang dan ornamentasi, karena kedua elemen identitas ini merupakan hal yang dapat jelas terlihat dan sarat akan perubahan makna. Arsitektur Cina di Jakarta diangkat untuk mewakili arsitektur oriental di Jakarta, didasarkan oleh penelusuran sejarah yang menunjukkan peran penting pendatang Cina di Jakarta di setiap layer masa, yang memberikannya kesempatan lebih banyak untuk merepresentasikan makna melalui sebuah bahasa arsitektur. Pengetahuan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pertimbangan saat penciptaan arsitektur, yang bertema oriental, sehingga arsitektur tidak hanya menjadi sebuah tampilan, tetapi merupakan sesuatu yang sarat makna.
Oriental Architecture is a form of the achitecture language whose occurrence can not be separated from the history of the emergence of an Orientalism concept, which is a mindset that is formed by the 'West' about his views on the 'East'. Orientalism is emerging as a way to start the period with the 'East' and then on its development tends to be a tool to dominate and invade a new area, then became a practical embodiment of legalization tool of imperialism and colonialism, which was until now transformed into a form of capitalism. Orientalism that encourages an invasion into new areas also, eventually cause a form of migration and also push an identity assimilation. Migration itself encourages a form of representation of meaning, which is a cultural expression, and then emerges through a language ' architecture ' which was then classified into oriental architecture. This representation then also happened in Jakarta's oriental architecture, where Jakarta is a multicultural city. What happens then is the modern architecture in Jakarta today, which is take the oriental as a theme, looks like it's oriental meaning is being constrictive itself. This represents a shift in meaning from the representation of oriental architecture, which occurs through a long historical journey, and unfortunately, these shifts tend to cause a degradation of meaning. This initial hypothesis was later seen back on the existing case studies in the field by comparing the identity element contained in Klenteng Tan Seng Ong, who represents the oriental architecture of the past and Kampoeng Cina, Kota Wisata which represents the oriental architecture of the present. Identity elements that are analyzed consist of element of space and element of ornamentation, as both elements of this identity is something that can be clearly seen and loaded with the change of meaning. Chinese Architecture in Jakarta then, was appointed to represent the oriental architecture in Jakarta, this is based on the search of history that shows the important role of Chinese migrants in Jakarta at every layer of the period, which give them more opportunities to represent meaning through a language of architecture.This knowledge is expected to give a donation in consideration of the creation of the architecture, the oriental-themed, so the architecture is not just an appearance, but something full of meaning.