ABSTRAKInformasi mengenai luas permukaan suatu material berpori sangat dibutuhkan,
khususnya di industri kimia yang menggunakan material berpori sebagai
adsorben, katalis, dll. Metode penentuan luas permukaan yang selama ini biasa
digunakan sering kali memberikan hasil yang kurang akurat akibat dari kondisi
operasi yang kurang fleksibel dan dapat merusak struktur dari material berpori
tersebut. Selain itu, metode penentuan luas permukaan yang selama ini digunakan
memiliki proses yang terlalu rumit.
Dalam penelitian ini, dipelajari metode penentuan luas permukaan yang lebih
sederhana, yaitu dengan menggunakan adsorpsi isotermis superkritis CO2 dengan
model Ono-Kondo. Dimana proses adsorpsi dengan model ini dapat dioperasikan
pada kondisi temperatur ruang (tekanan tinggi) yang diperkirakan akan
memberikan hasil yang lebih akurat. Pada penelitian ini, material beropori yang
digunakan dalam percobaan adsorpsi adalah zeolit, dengan tiga jenis zeolit yaitu
zeolit alam Lampung, zeolit alam Jawa Barat, dan zeolit alam Malang untuk
kemudian dilihat perbandingan hasil luas permukaan terukur dari ketiga jenis
zeolit ini. Proses adsorpsi berlangsung dengan variasi 2 temperatur yang
mendekati temperatur kritis (untuk CO2, triple point) dengan tekanan dari 100
hingga mencapai 700 psi untuk melihat pengaruh temperatur terhadap proses
adsorpsi.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa adsorpsi isotermis superkritis CO2 model
Ono-Kondo dapat merepresentasikan adsorpsi hasil percobaan dengan baik.
Sehingga luas permukaan dari material berpori yang digunakan pada percobaan
ini dapat dihitung dari adsorpsi model Ono-Kondo tersebut. Dari hasil
perhitungan diperoleh bahwa zeolit alam Malang memiliki luas permukaan yang
lebih besar dibandingkan dengan zeolit alam Lampung dan Jawa Barat.
ABSTRACTThe informations about surface area of porous materials are really needed,
especially for chemical industries that using porous materilas as an adsorben,
catalyst, and etc. Determination of surface area that being used until now is often
give inaccurate results because of the operation conditions that inflexible and
sometimes destroy the structure of porous materials. Besides, the method for
measuring surface area that being used, have a complicated process.
This research observed a more simple method to determine surface area. It is use a
supercritical isotherm adsorption of CO2 using Ono-Kondo model. The adsorption
process using this model can be operated at an atmospheric temperatur (high
pressure) which is predicted will give more accurate results. In this experiment,
porous materials that used in adsorption process are three types of natural zeolites.
They are, natural zeolites from Lampung, natural zeolites from West Java, and
natural zeolites from Malang. The surface area of these adsorben then be
compared. The adsorption processes in this experiment use two different
temperatures that approtimate with critical temperature (for CO2, the triple point)
in the pressure from 100 to 700 psi. This various pressures is used to see the effect
of temperatures changing to the adsorption processes.
From this research, the researcher earn that the supercritical isotherm adsorption
of CO2 using Ono-Kondo model can represent the adsorption data from
experiment. As the result, the surface areas of porous materials that used in this
experiment can be calculated from Ono-Kondo model of adsorption. From this
research we earned that the surface areas of natural zeolite from Malang is bigger
than natural zeolite from West Java and Lampung.