Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mendorong pesatnya penggunaan telepon selular dan nirkabel sehingga pertumbuhan telepon tetap kabel di Indonesia kian melambat. Melalui penelitian ini, akan dikaji struktur, perilaku, kinerja dan sistem monopoli dalam industri jaringan tetap kabel di Indonesia untuk mengetahui gambaran yang komprehensif mengenai kondisi industri ini. Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sebagian besar merupakan data dari laporan tahunan dan keuangan perusahaan monopolis (yang menguasai 99% pasar). Selain itu, digunakan juga data penunjang dari lembaga peneliti terkait, seperti BPPT, BPS, KPPU dan LAPI ITB.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri jaringan tetap kabel di Indonesia memiliki tingkat konsentrasi yang sangat tinggi. Kekuatan monopoli ini awalnya diperoleh dari proteksi pemerintah, tetapi setelah diberlakukannya liberalisasi telekomunikasi, sumber monopoli industri ini diperoleh secara alamiah. Berdasarkan analisis Porter, kekuatan industri ini terletak pada rendahnya ancaman dari pendatang baru, besarnya hambatan masuk serta lemahnya daya tawar pembeli dan penjual.
Ancaman terbesar industri ini adalah keberadaan barang substitusi/pelengkap. Dengan kekuatan pasar yang besar, monopolis hanya mampu melakukan diskriminasi harga karena pemerintah telah mencanangkan regulasi penetapan tarif yang ketat dalam industri ini. Hal ini mendorong buruknya kinerja keuangan industri ini dibandingkan dengan industri selular yang berada di pasar kompetitif. Akan tetapi, dengan peran pemerintah sebagai monopolis itu sendiri, biaya kesejahteraan sosial industri ini menjadi lebih kecil daripada industri selular.
The wide use of cellular and wireless phone, as a result of the growing development in ICT, has had a major contribution to the decrease of the fixed wire line industry's growth in Indonesia. Thus, this research studied the structure, conduct, performance and the monopoly system of the fixed wire line industry in Indonesia so as to get a more comprehensive observation over the cited industry. The major secondary data used in this research was taken from the major player in the industry (Telkom) for its control over 99% of the market, and also from the related research institution, such as BPPT, BPS, KPPU and LAPI ITB. The study shows that the fixed wire line industry is concentrated over one major player. This market power initially came from the government protection. However, after the liberalization of telecommunication was implemented, it has come as the natural one. From the Porter framework, the power belongs to the lack of industry rivalry, the huge entry barrier, and the weakness of buyer and seller bargaining power, while the biggest threaten comes from the substitution products. The monopoly analysis shows that as a result of the price regulation's implementation, the game tool left for the monopolist has come only from the price discrimination. The regulation has also directed to the poor performance of this industry compared with the cellular one in competitive market. However, as the government takes part as a major shareholder in the monopolist, the social expenses of the industry were lower than that of the cellular.