UI - Tesis Open :: Kembali

UI - Tesis Open :: Kembali

Jong Sumatranen bond : dari nasionalisme etnik menuju nasionalisme Indonesia (1917-1931)

Edy Suwardi; Leirissa, Richard Zakarias, supervisor (Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008)

 Abstrak

Boedi Oetomo (BO) adalah organisasi pergerakan yang didirikan oleh pemuda pelajar STOVIA pada tanggal 20 Mei 1908. Berdirinya organisasi ini merintis lahirnya organisasi-organisasi pergerakan lainnya seperti Serikat Islam (SI), Muhammadiyah, Indische Partij (IP) dan lain lain. Juga munculnya organisasi pemuda kedaerahan seperti Tri Koro Dharmo, Jong Sumatranen Bond (JSB), Jong Minahasa dan lain-lain merupakan dampak dari berdirinya BO. JSB merupakan salah satu organisasi pergerakan pemuda, didirikan pada tanggal 9 Desember 1917 oleh pemuda pelajar Sumatera yang sedang belajar di Jakarta. JSB memiliki tujuan sangat berbeda dengan tujuan organisasi-organisasi pemuda yang ada pada masa itu. Perbedaan itu terlihat dari Anggaran Dasarnya yang yang menyatakan bahwa JSB bertujuan menumbuhkan kesadaran di antara para anggotanya dan menjaga agar mereka terpanggil untuk tampil sebagai pemimpin dan pemandu rakyatnya. Tujuan tersebut dapat terwujud dan dibuktikan oleh para anggotanya yang kebanyakan orang Minangkabau yang tampil menjadi tokoh-tokoh nasional seperti Muhammad Hatta, Muhammad Yamin dan lain-lain. Melalui wadah organisasi dan pemikiran tokoh-tokohnya, JSB dalam arah gerakannya mengalami transformasi atau perubahan, yang semula bersifat sangat lokal atau kedaerahan kemudian menjadi yang bersifat nasional Indonesia dan itu juga terjadi pada penamaan organisasi yang semula Jong Sumtranen Bond berubah menjadi Pemuda Sumatra. Perubahan gerakan itu sudah tampak sejak awal perkembangannya untuk mencoba membentuk federasi dengan Jong Java, kemudian pada Kongres Pemuda pertama tahun 1926 mengupayakan bahasa Melayu menjadi Bahasa Persatuan, dan secara tegas pada Kongres Pemuda Kedua tahun 1928 bahasa Melayu yang sebagian besar dipergunakan oleh masyarakat Sumatera menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan kesatuan, dan terakhir memfusi dalam Indonesia Muda tahun 1931 sebagai wujud pedulinya JSB terhadap persatuan dan kesatuan pemuda Indonesia. Jadi dalam pergerakannya JSB yang dipelopori oleh pemuda pelajar Minangkabau tetap konsisten, dari awal tujuannya untuk kemajuan Sumatera, akhirnya untuk kepentingan Bangsa Indonesia, tidak untuk kepentingan suku tertentu atau wilayah tertentu.

Boedi Oetomo (BO) is movement organization established by STOVIA student youth on May 20th, 1908. The establishment of this organization pioneered the birth of other movement organizations such as Serikat Islam (SI), Muhammadiyah, Indische Partij (IP) and etcetera. Also the rising of local youth organization such as Tri Koro Dharmo, Jong sumatranen Bond (JSB), Jong Minahasa and etcetera is the effect of BO establisment.JSB was one of youth movement organizations, established on Desember 9th, 1917 by Sumatera's student youth studying in Jakarta. JSB hasvery defferent objective from the objectives of youth organizations existing at that period. The difference is seen from its Articles of Association stating that JSB has the objective to grow awareness among its members and maintain the sentiment of their calling to come forward as leaders and guides for their people. That objective can be manifested and proved by its members most of them are Minangkabau people come forward as national figures such as Muhammad Hatta, Muhammad Yamin, and etcetera. Through the vessel of organization and thoughts of its figures, JSB its movement direction experiencing transformation or changes, initially very local and area-oriented in its characteristic then it became nationally Indonesia in tis characteristic and it also happened at the naming of the organization initially Jong Sumatranen Bond changed into Pemuda Sumatera. The changes in the movement had appeared since its initial development trying to form federation with Jong Java, then at first Youth Congress in 1926 made the efforts to make Malay language becoming the Unifying Language, and firmly at the Second Youth Congress in 1928, Malay language, most used by Sumatera peoples, became Indonesian language as the unifying and integration language, and last fusing it with other youth organizations became Indonesia Muda in 1931 as the manifestation of JSB's concern on the unity and integrity of Indonesian youth. So, in its movement, JSB pioneered by Minangkabau student youths, is still consistent, from its initial objective for the progress of Sumatra, finally for the interest of Indonesian Nation, not for the interest of certain tribe or certain area.

 File Digital: 1

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Tesis Open
No. Panggil : T-Pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan :
Tipe Konten :
Tipe Media :
Tipe Carrier :
Deskripsi Fisik : xi, 107 lembar ; 30 cm.
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI Lantai 808
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T-Pdf 15-22-65289650 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20251221
Cover