Tujuan penelitian ini, memberi pemahaman baru tentang pemikiran Kartini dalam 'Door Duisternis tot Licht ', Gedachten Over en Voor Her Javaansche Volk', yang diterjemahkan dalam Surat-Surat Kartini, Renungan untuk dan tentang Bangsanya (SSK), dengan memaknai adanya kesadaran poskolonial yang memperjuangkan tiadanya ketidakadilan, pembodohan, pemiskinan, dan diskriminasi, untuk kepentingan bangsa (Jawa). Dengan menggunakan metode Hermeneutika Fenomenologi Paul Ricoeur melalui tahapan distansiasi, interpretasi, dan aprosiasi, teks SSK dianalisis secara kritis dengan titik berangkat mengulas subyektivitas Kartini yang merupakan konstruksi dari realitas dunia Jawa dan dunia Eropa, yang merupakan etre au Monde dengan menggunakan teori fenomenologi eksistensial dari Maurice Merleau Ponty. Subyektivitas ini terarah pada wacana poskolonial dalam Lebenswelt Kartini, yang sesuai dengan teori-teori poskolonial dari Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi K. Bhabha. Hal ini membuktikan kebenaran Thesis Statement penelitian ini. Pemahaman baru ini dapat merefleksikan makna pemikiran Kartini, yaitu perlunya kesadaran pada kepentingan bangsa dalam membentuk nasionalisme yang kukuh.
This research is aimed to give a new understanding on Kartini's thought in 'Door Duisternis tot Licht', Gedachten Over en Voor Het Javaansche Volk', which was translated into 'Surat-Surat Kartini, Renungan Untuk dan Tentang Bangsanya' (SSK), by signifying postcolonial's consciousness against the effort of empoverishing and uneducating, and eliminating unfairness and discrimination, in the interest of the nation (Javaneese). Employing Paul Ricoeur's Hermeneutical Phenomenology method through distanciation, interpretation, and apropriation, the SSK's text is examined critically with starting point on explaining Kartini's subjectivity that was constructed by 'Javanese world and European world', which was her titre au Monde by using Maurice Merleau Ponty's Existential Phenomenonology. Kartini's subjectivity is constituted intentionally upon Postcolonial discourse in Kartini's Lebenswelt in compliance with Postcolonial theories of Edward Said, Gayatri Spivak, and Homi K. Bhabha. It meant that the thesis statement of this research is valid. This new understanding can reflect the meaning of Kartini's thought, which is our consciouness on nation's importance in building a sturdy nationalism.