ABSTRAKKetertarikan terhadap penampilan fisik adalah hal yang lazim terdapat dalam diri
setiap manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa baik pria maupun wanita menyukai orang
yang berpenampilan menarik dan cenderung berespon secara positif terhadap mereka.
Bagi kaum wanita, penampilan fisik yang menarik merupakan suatu problematika
tersendiri. Pola asuh yang diterima sejak kecil serta pengaruh dari lingkungan membuat
wanita seakan dituntut untuk lebih memperhatikan penampilan fisiknya dibandingkan
pria. Donovan dan Sanford (dalam Cohen, 1984) mengemukakan bahwa salah satu alasan
mengapa wanita mempermasalahkan fisiknya adalah karena wanita hidup dalam budaya
dimana wanita dituntut untuk cantik agar dapat dihargai.
Setiap wanita memiliki gambaran tersendiri akan penampilan fisiknya, dan
bagaimana ia melihat tubuhnya secara keseluruhan . Gambaran semacam ini disebut
body image. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa body image erat kaitannya dengan
harga diri seseorang. Banyak faktor yang mempenganihi pembentukan body image,
diantaranya adalah pengaruh lingkungan, media massa, dan sebagainya. Paradigma
kecantikan yang ditimbulkan dari pengaruh faktor-faktor tersebut dapat memberikan
dampak yang negatif bagi wanita. Banyak wanita yang terobsesi dengan penampilan
fisiknya, dan tidak jarang memiliki tuntutan-tuntutan yang tidak realistis terhadap dirinya
sendiri. Remaja putri adalah kelompok usia yang rentan terhadap gangguan body image.
Para ahli mengatakan bahwa kepedulian akan penampilan fisik umumnya dimulai ketika
seseorang menginjak usia remaja. Pada masa remaja itulah penampilan fisik sangat
mempenganihi bagaimana seseorang mempersepsikan dirinya sendiri. Banyak cara yang
dilakukan wanita untuk mengatasi ketidakpuasan terhadap penampilan fisiknya, antara
lain berkonsultasi dengan ahli kecantikan, menjalani diet ketat, dan Iain-lain. Salah satu
cara yang saat ini populer untuk mengatasi ketidakpuasan terhadap penampilan fisik
tersebut adalah melakukan bedah plastik kosmetik. Bedah ini bertujuan untuk merubah
bagian tubuh yang tidak disukai seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
body image remaja putri yang telah menjalani bedah kosmetik, melihat perubahan
psikologis yang dialami pasca operasi, dan adanya kemungkinan kecenderungan Body
Dismorphic Disorder pada pasien.
OnlidHs. ( n1 995), Rice (1996). Penjelasant seiornig-ktaeto rmie pnegrekneamib kaonngsaenp rdiermia djaan dbaargii Paanpnaylai ay adiatnu
body image oleh Atwater (1983), dan teori-teori mengenai perkembangan body imase
pada remaja yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Untuk membahas mengenai
gangguan body mage, peneliti menggunakan teori Heinberg (dalam Thompson, 1996).
Body mage dalam hubungannya dengan operasi plastik dijelaskan menggunakan teori
dari Thompson (1996).
Metode penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan
penggunaan studi kasus terhadap tiga orang responden. Untuk menggali informasi
sedalam-dalamnya digunakan wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden mengalami ketidakpuasan
pada satu atau lebih dari bagian tubuhnya. Seluruh responden juga mengakui adanya
prototype fisik ideal seorang wanita yang terdapat dalam masyarakat, dan pentingnya
penampilan fisik dalam meningkatkan rasa percaya diri mereka. Selain itu para
responden juga merasakan kontribusi dari media terhadap body image mereka.
Peneliti berharap adanya penelitian lanjutan mengenai topik bedah kosmetik ini,
mengingat masih sedikitnya penelitian mengenai topik ini sedangkan gangguan body
image adalah hal yang banyak dialami pada remaja putri.