Terdapat dua hipotesis dalam menganalisis hubungan antara struktur pasar dan kinerja sebuah industri. Yang pertama adalah paradigma Structure-Conduct- Performance (SCP) tradisional yang mendasarkan pada perilaku kolusi pelaku usaha dalam mendapatkan profit, sedangkan yang kedua adalah hipotesis Efficient- Structure (ES) yang mendasarkan pada perilaku efisien dari pelaku usaha.
Penelitian dalam tesis ini bertujuan untuk menganalisis kedua hipotesis tersebut, manakah dari kedua paradigma/hipotesis tersebut yang mencerminkan industri perbankan Indonesia. Dengan menggunakan data panel dari seluruh bank umum di Indonesia yang beroperasi pada periode tahun 2000 hingga 2010, terbukti bahwa paradigma SCP yang diwakili oleh variabel tingkat konsentrasi pasar perbankan (indeks Herfindahl- Hirschman) dan Market Share, tidak terbukti pada perbankan Indonesia. Sebaliknya terbukti bahwa hipotesis ES lebih dominan pada operasional bank di Indonesia. Variabel yang mewakili hipotesis ES adalah tingkat efisiensi teknis yang dihitung dengan pendekatan Data Envelopment Analisys (DEA) dan rasio efisiensi operasional (BOPO).
Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa hubungan antara struktur pasar dan kinerja industri perbankan Indonesia bukan merupakan paradigma SCP. Hal ini berarti bahwa kebijakan Bank Indonesia dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API) tidak berdampak negatif terhadap tingkat persaingan usaha bank, sebagaimana diwaspadai oleh Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).
There are two competing hypothesis with regard to market structure and performance in industrial organization. The first hypothesis is structure-conductperformance (SCP) paradigm, which emphasized on market collusion, and the second hypothesis is Efficient-Structure (ES) hypothesis which emphasized on market efficiency. The objective of this study conducted test for both hypothesis with respect to the Indonesia's commercial banking industry. Employing pooled data from all commercial banks operating in Indonesia period 2000 - 2010, the SCP paradigm which represented by banking concentration (HHI) and market share, was not valid on Indonesian banking industry. Conversely the efficiency behaviour is more dominant on Indonesia banking operations to gains their profit. In this study, efficiency hypothesis is represented by technical efficiency variable which is calculated by Data Envelopment Analysis (DEA) approach and variable of operational efficiency ratio (BOPO). This study finds that relationship of banking market structure and bank's performance, doesn't support SCP paradigm. Therefore, Bank Indonesia's policy in the Indonesian Banking Architecture (API) framework, empiricaly succeeded to minimize negative impact on banking competition, which is worried by the Indonesian Business Competition Supervisory Agency (KPPU).