Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Bila terjadi pada anak balita maka akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau marasmik-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah. Anak usia sekolah yang menderita kekurangan gizi juga memiliki kekurangan gizi mikro (micronutrient) zat besi dan seng (zinc), hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan potensi intelektualnya.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan oleh Departemen Gizi Fakultas Kedokteran UI tahun 2008 pada penelitian 'Micronutrient Status After Milk Supplementation in Urban-Poor Schoolchildren in Jakarta and Solo' dan penelitian oleh Yuniarty (2008) 'Status Gizi Anak Sekolah Usia 7 -9 tahun di Daerah Miskin Perkotaan Jakarta Setelah Penghentian Susu Fortifikasi' yang dilaksanakan pada bulan agustus 2007 sampai dengan bulan Mei 2008. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan uji regresi generalized estimating equation (GEE).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berat badan dan tinggi badan anak pada anak yang diberi intervensi, tidak ada perbedaan status gizi antara anak yang diberi susu fortifikasi dengan anak yang diberi susu tanpa fortifikasi, dan status gizi pada anak yang diberi susu fortifikasi dan susu tanpa fortifikasi tidak dipengaruhi oleh asupan makanan, penghasilan orang tua, jumlah anak dalam keluarga, pendidikan ibu dan kebiasaan minum susu. Disarankan, untuk mengetahui efek pemberian susu fortifikasi zat besi dan seng terhadap status gizi diperlukan waktu penelitian yang lebih lama dan menggunakan sampel anak yang mempunyai gizi baik maupun buruk.
Nutrient problem comprises of macronutrient and micronutrient. Macronutrient problem is caused by lack of or imbalance between energy and protein. When it happens to children it will cause marasmus, kwashiorkor or marasmic-kwashiorkor and result in growth interference. Children in the school period who suffer from lack of nutrient will also suffer from lack of micronutrient iron and zinc, which would influence their physical and intellectual potential growth. This research utilizes secondary data which collected by Nutrient Department of Medical Faculty of UI year 2008 on the research of 'Micronutrient Status After Milk Supplementation in Urban-Poor Schoolchildren in Jakarta and Solo' and research by Yuniarty(2008) 'Nutrient Status for Schoolchildren Ages 7-9 years old in Urban-Poor Jakarta after the Discontinuance of Fortified Milk' (Status Gizi Anak Sekolah Usia 7-9 tahun di Daerah Miskin Perkotaan Jakarta Setelah Penghentian Susu Fortifikasi) which carried out on August 2007 until May 2008. The data was analyzed using regression test 'Generalized Estimating Equation' (GEE). Result of those studies show that the weight and height of the children who were given intervention were increasing, with no nutrient status differences between the children who were given fortified milk and the children who were given unfortified milk. The nutrient status is not influenced by food, parenting income, total children in family, mother education or milk drinking habit. It is suggested though, that a longer and more extensive research using a wider sample of children with good and bad nutrient status is needed to find out how iron and zinc in fortified milk would affect the nutrient status in children.