ABSTRAKSuatu saat dalam masyarakat dikenal adanya pemujaan terhadap 'dewi ibu' , namun pada saat lain dikenal juga pemujaan terhadap lingga. Pengertian pemujaan itu ada kaitannya dengan
kekuasaan. Pemujaan sebagai kekuasaan itu juga tercermin dalam cerita wayang.
Permasalahan penelitian ini adalah ingin mengetahui dalam cerita apa kekuasaan dipegang oleh wanita, dan dalam cerita apa kekuasaan dipegang oleh laki-laki, dan kapan terjadinya perubahan kekuasaan itu.
Tujuan penelitian ini adalah mencoba menggali, mengungkapkan, dan memahami pengetahuan budaya yang terkanddng dalam cerita nayang, khususnya yang berkaitan dengan kekuasaan.
metode penelitian yang digunakan adalah kajian cerita, baik lisan maupun tertulis dengan menggunakan metode content analysis.
Hasil penelitian yang didapat adalah bahwa dalam cerita Ramayana kekuasaan wanita lebih dominan, yang diperankan oleh Dewi Kekayi, kemudian oleh Dewi Sinta, ditambah Swayampraba,
Surpaknaka, Wilkataksini, dan Trijatha. Semua peristiwa yang terjadi ada kaitannya dengan wanita. Sedangkan dalam cerita Mahabharata kekuasaan dipegang oleh laki-laki. Peran wanita tidak dominan; hanya ada satu panglina perang wanita, yaitu Srikandi (yang menurut Mahabharata Sansekerta adalah bukan wanita, tetapi wadam atau banci). `
Bila dilihat pada nitologi Hindu. mula-mula yang ada (berkuasa) adalah Hisnu yang androgini, kemudian timbul Padma atau Dewi Ibu yang feminin, disusul dengan munoulnya Brahma yang maskulin sehingga menempatkan Dewi Ibu pada kedudukan yang lebih rendah. Dan akhirnya timbul kekuasaan yang lebih tinggi yaitu dengan munculnya Ciwa yang juga maskulin.