Harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia berbeda dengan harga di pasar Internasional. Hal ini dikarenakan adanya subsidi dari pemerintah untuk konsumsi dalam negeri. Ketika harga BBM di pasar Internasional mengalami kenaikan, mengakibatkan terus meningkatnya subsidi yang harus ditanggung oleh Pemerintah. Hal ini menjadi beban bagi APBN, sehingga subsidi BBM ini perlu dikurangi. Berkaitan hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian mengenai rencana evaluasi ekonomi pola substitusi sumber energi alternatif pengganti minyak tanah, yaitu gas bumi yang dikemas dalam tabung gas Senji.
Pola distribusi yang dikembangkan berdasarkan pola distribusi minyak tanah. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi menentukan clustering, menyusun sistem distribusi yag terdiri dari fasilitas pengisian, agen sampai sub-sub agen penjualan serta menentukan spesifikasi teknik peralatan. Sebagai lokasi penelitian adalah wilayah Kota Tangerang, Kecamatan Batu Ceper dan Kecamatan Tangerang berdasarkan pada lokasi yang dekat dengan sumber gas Senji, yaitu sumber gas bertekanan rendah. Perhitungan keekonomian dilakukan dengan menggunakan OGEM (Oil Gas Economic Model), hasil yang diperoleh adalah besaran biaya pembotolan dan transportasi pada tiap-tiap Cluster.
Berdasarkan perkiraan penggunaan 1 liter minyak tanah setara dengan 0.58 m3 gas, sehingga akan diketahui harga jual akhir ke konsumen rumah tangga. Dengan pendekatan harga jual minyak tanah bersubsidi pada rumah tangga di Kota Tangerang sebesar Rp. 2.700,-, maka harga jual rata-rata tabung gas Senji Skenario I sebesar Rp. 4.154,- dan pada Skenario II sebesar Rp. 4.463,-, dimana harganya masih lebih tinggi dengan selisih harga sebesar Rp. 1.667,-. Hal ini dikarenakan besarnya investasi awal pada fasilitas pengisian tabung gas Senji. Akan tetapi apabila dilihat dari harga jual keekonomian minyak tanah tanpa subsidi dari Pemerintah, yaitu sebesar Rp. 5.706-, maka harga jual rata-rata tabung gas Senji Skenario I sebesar Rp. 4.154,- dan Skenario II sebesar Rp. 4.463,- menjadi lebih murah. Hal ini menunjukkan bahwa rencana substitusi dalam rangka memanfaatkan gas bumi sebagai energi pengganti minyak tanah untuk rumah tangga memiliki nilai tambah untuk dikembangkan.
Crude based fuel price in Indonesia is difference to international market price. The different caused by government subsidy for domestic consumer. While the price in the international market is increasing, that make guaranteed subsidy by the government is getting increasingly. Therefore, subsidy has to be decreased to release government load in APBN (Annual National Monetery Allocation). Relating to the mentioned previously, hence in writing of this thesis is planned to evaluate economic indicator of substitution pattern in case of residential kerosene with natural gas as alternative energy source which is packaged in bottle that called senji. The development is based on kerosene distribution pattern. The steps that is been done involve in determining cluster, arrange distribution system that consist of filling facilities, sell agent and sub sell agent, determining equipment specification as well. Kota Tangerang, Kecamatan Batu Ceper and Kecamatan Tangerang are decided to be as research location because these areas are nearest to gas resources, i.e. low pressure gas resources. The economic calculation is using OGEM (Oil Gas Economic Model) and the result is bottling and transportation cost each cluster. Assume 1 liter kerosene is equivalent with 0.58 m3 gas, so we get the final price to sell to residence consumer. In scenario I shows, when the kerosene price in Kota Tangerang is Rp.2.700 then the average price gas senji is Rp. 4.154 per bottle, and Rp. 4.463 in scenario II. This price is higher Rp. 1.667 than kerosene, because of the high initial investment at gas senji filling facility. Without government subsidy, kerosene price could be Rp.5.706 so the senji price in scenario I and II is cheaper. It shows that the planning to utilize natural gas as substitute residential kerosene is potential in the economic point of view.