Penggusuran kampung yang banyak terjadi belakangan ini terlihat semakin menyudutkan kampung sebagai permukiman yang tidak layak untuk bersanding dengan modernitas kota. Sebagai permukiman yang terjadi dengan sendirinya (organic) dan tanpa perencanaan (informal), kampung kota sangat identik dengan citra tidak teratur, kumuh, padat dengan kualitas lingkungan yang buruk. Perspektif buruk mengenai kampung kota sebenarnya bisa saja dirubah, dengan potensi, ciri khas yang dimiliki dan kontribusi terhadap kota membuatnya dapat dipertahankan. Sekarbela sebagai salah satu kampung yang mempunyai potensi, ciri khas dan kontribusi terhadap kota di Kota Mataram mampu menunjukkan eksistensinya di tengah modernitas kota.
Penelitian mengenai keberadaan kampung perajin emas dan mutiara Sekarbela ini untuk mengungkap apa pola permukiman yang terbentuk sebagai perwujudan dari eksistensinya, dan mengapa pola permukiman tersebut yang terbentuk. Metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah dengan mengungkap kondisi kerja, karya dan aksi yang mengkondisikan kehidupan masyarakat perajin di dalam proses penstrukturan dalam masyarkat. Kemudian akan diungkap ruang yang terserap, terkonsep dan terhidupi sebagai hasil dari kondisi manusia dan penstrukturan dalam masyarakat tersebut yang diinterpretasikan melalui observasi partisipan di Sekarbela.
Dengan analisa ditemukan bahwa transformasi sosial dan ekonomi menjadi suatu proses yang unik dalam kebertahanan mereka sebagai masyarakat perajin. Masyarakat perajin dapat tampil sebagai masyarakat modern yang mampu menciptakan sistem ekonomi dengan meleburkan nilai-nilai agama, tradisonal dan kapitalis ke dalamnya. Intervensi dari luar kampung tidak mempengaruhi bentuk spasial kampung, namun sebagai pemicu dari metamorfosis yang berlangsung di dalamnya. Sehingga reproduksi sosial ekonomi masyarakat sebagai faktor internal berjalan secara terus menerus dan senantiasa dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal.
Akhirnya ditarik suatu kesimpulan bahwa kampung sebagai ruang yang mewadahi kegiatan bermukim dan terjadinya proses transformasi sosial ekonomi yang terus berproduksi. Kampung sebagai ruang yang nyata dan masyarakatnya akan terus berusaha mewujudkan kampung sebagai ruang yang sesungguhnya bagi kehidupan mereka. Hanya mereka, masyarakat yang bermukim di dalam permukiman yang dapat merasakan dan akan terus menerus merubah model ""ideal"" spasial permukiman. Perubahan secara terus menerus dalam masyarakat inilah yang menjadi cara dalam proses mereka untuk mempertahankan keberadaannya."
Penggusuran kampung or kampung eviction that many happened lately seen more and more made that kampung as the settlement improper to close together with modernity. As settlement that happened by it self (organic) and without planning (informal), kampung very identical with not regular image (disorder), dirty, solid with ugly environmental quality. Ugly in perspective about kampung actually can be changed, with potency, uniquely and contribution to city, make it defensible. Sekarbela as one of the kampung that have potency, uniquely and contribution to city in Mataram can show its existence in the modernity.Research concerning existence of "kampung perajin emas dan mutiara Sekarbela" is to express what do the settlement pattern formed as appearance of their existence, and why it settlement pattern that formed. Used method to answer the the question is by expressing the condition of labor, work and action that conditioned the life of society in the process of structuration of society. Then will be expressed about perceived space, conceived space and lived space as a result of human condition and structuration of society which interpreted passing the participant observation in Sekarbela.With analysis found that social and economic transformation become a unique process in staying them as craftsman society. They can come up as modern society capable to create the economic system by melting the religion values, traditional and capitalist into its. Intervention from outside kampung is not influence the form of spatial kampung, but as stimulate of metamorphosis that goes on in it. So that, social and economic reproduction of society as internal factor walk continually and is always influenced by external factors.Finally, a conclusion that kampung as the space of live activity and the happening of social economic transformation process continuing productive. Kampung as real space and the society will continue to try to realize the kampung as virtual space for their life. Only their, the society that live in settlement able to feel and will continuously change the model of ideal spatial of settlement. The continually of change in this society become the way in course of them to maintain their existence.