Media cetak khususnya suratkabar adalah media yang paling lengkap dapat diterima oleh kaum tunarungu karena tidak ada unsur suara dalam penyempaian pesannya. Dipandang dari sifatnya yang visual semata, suratkabar tentu paling memungkinkan sebagai penyuplai informasi utama bagi kaum tunarungu, dengan syarat mereka mempunyai kemampuan membaca dan mengerti materi yang disajikan di suratkabar. Selain berperan sebagai sarana memperoleh informasi suratkabar dapat berfungsi sebagai alat komunikasi bagi seseorang dengan khalayak, disamping berbagai fungsi lain seperti hiburan, identitas pribadi, dan sebagainya. Penelitian mengenai perilaku membaca suratkabar ini berusaha memperoleh gambaran tentang perilaku membaca suratkabar pada kaum tunarungu dimana bagaimana den sejauhmana kaum tunarungu memanfaatkan suratkabar sebagai serene komunikasi juga turut diperhatikan dalam penelitian ini. Di samping itu peran dan kedudukan media lain sebagai sumber informasi bagi kaum tunarungu juga diteliti. Penelitian bertipe deskriptif ini dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa daftar pertanyaan atau kuesioner dari sampel penelitian seluruh anggota organisasi alumni sekolah luar biasa khusus tunarungu bernama Ikatan Alumni Santi Rama (Ikasa), yang berjumlah 50 prang. Dari penelitian diperoleh sejumlah data tentang identitas responden, kebiasaan responden membaca suratkabar, kegiatan membaca selain suratkabar, kegiatan menonton televisi, dan bagaimana responden memanfaatkan suratkabar sebagai media komunikasi. Analisis data yang diperoleh dilakukan berdasarkan Model Proses pengolahan Informasi/Pesan dari Kirk dan Gallagher, peran media sabagai perluasan manusia dan penterjemah dari Marshall McLuhan, serta tujuan media dalam masyarakat den fungsi media bagi individu dari Denis McQuail. Hasil penelitian memberikan gambaran perilaku membaca suratkabar kaum tunarungu berikut umpan balik yang dapat dilakukan kaum tunarungu terhadap suratkabar. Gambaran tentang perilaku membaca suratkabar ini secara singkat adalah bahwa seorang tunarungu membaca suratkabar karena adanya stimulus yang bisa berasal dari dalam diri individu maupun dari luar diri seperti guru, teman, tugas dan kewajiban semasa pendidikan. Selain itu dapat juga sumber informasi berupa bahan bacaan dalam media tersaji menarik. Stimuli ini di dalam diri individu menjalani proses seleksi sebelum muncul menjadi tindakan. Dari hasil penelitian ternyata menunjukkan bahwa perilaku membaca suratkabar responden tunarungu pada umumnya muncul dalam beberapa cara diantaranya membaca tulisan yang dianggap penting sampai selesai, membaca materi yang dianggap menarik tetapi tidak selesai, membaca materi yang sudah biasa dibaca, membaca hanya judul-judulnya, dan membaca seluruh isi suratkabar. Hal ini menunjukkan bahwa proses bernalar individu tunarungu terjadi sebagaimana orang mendengar. Hasil penelitian memperlihatkan pula bahwa kegiatan mental yang berlangsung dalam diri individu sawaktu membaca suratkabar tidak lepas dari faktor daya ingat. Daya ingat dan kemampuan berbahasa ini sedikit banyak terpengaruh akibat ketunarunguan yang dialami individu. Hal inilah yang membentuk pelaksanaan perilaku komunikasi responden penelitian.