Islam sebagai sebuah realitas historis, sosiologis, dan kultural, tidak pernah tunggal dan monolitik. Monolitas Islam hanya terdapat pada level Al-Quran; persisnya ketika kitab suci ini berbicara dengan dan dalamnya dirinya sendiri. Tetapi, aktualisasi pesan-pesan Islam bisa terjadi hanya apabila Al-Quran telah ditafsirkan dan diperjelas, tidak saja dengan menggunakan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, melainkan juga dengan ijtihad para ulama, yang sering dipengaruhi konteks sosio-historis, dan kultural tertentu. Ketika intervensi seperti ini terjadi, tidak bisa dihindari muncul berbagai coral: paham, aliran, dan mazhab. Adanya kelompok Islam pinggiran dalam realitas masyarakat tersebut kemudian diangkat oleh media massa. Salah satu media massa yang mengangkat realitas ini adalah majalah Gatra. Majalah Gatra mewadahi realitas mengenai Islam pinggiran dalam artikel pemberitaannya. Realitas tentang adanya kelompok Islam pinggiran yang ada dalam masyarakat diangkat oleh majalah Gatra dengan menggunakan frame tertentu. Ada interaksi berbagai kepentingan, nilai-nilai, dan latar belakang dalam proses seleksi terhadap realitas tentang kelompok Islam pinggiran Kepentingan, nilai-nilai, dan ideologi sebuah media massa kemudian akan menentukan bagaimana realitas itu akan disajikan kepada khalayak-nya. Berdasarkan temuan penelitian, terlihat Gatra mengangkat realitas kelompok Islam pinggiran sebagai fakla yang hidup di tengah masyarakat. Kelompok Islam Pingsan adalah fakta orpnis yang hidup dan sudah menjadi bagian dari masyarakat. Stabil pandang yang dipakai adalah quint pandang kelompok Islam pinggiran itu sendiri. Gatra menggambarkan kelompok Islam pinggiran sebagaimana kelompok Islam pinggiran itu sendiri digambarkan. Namun, apa yang dilakukan oleh Gatra hanya sebatas mendeskripsikan tentang kelompok Islam pinggiran Gatra tidak mempunyai otoritas untuk memberikan judgement terhadap keberadaan kelompok Islam pinggiran. Otoritas formal dan legal hanya dimiliki oleh lembaga. keagamaan, dalam konteks Islam dan Indonesia, otoritas itu dimiliki oleh Majelis Ulama Indonesia, Gatra sebagai media massa hanya bisa. mencerminkan realitas tentang kelompok Islam pinggiran.