Penelitian ini menggambarkan keeksplisitan materi bermuatan seksual di televisi swasta nasional dengan mengambil studi kasus pada film seri Sex and the City yang ditayangkan di Trans TV. Keeksplisitan ini akan diteliti dari segi visual, segi dialog, segi suara dan segi tema. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor pendukung dan faktor-faktor penghambat semakin terbukanya penampilan materi bermuatan seksual dalam film seri Sex and the City yang ditayangkan Trans TV. Obyek penelitian ini adalah film seri Sex and the City yang telah ditayangkan oleh Trans TV. Unit analisis penelitian ini adalah episode-episode pada season pertama. Dari keduabelas episode pada season pertama tersebut, dipilih empat episode sebagai unit observasi, yaitu empat episode yang peneliti anggap dalam penampilannya di Trans TV memiliki materi bermuatan seksual yang paling eksplisit dibandingkan dengan episodeepisode lain dalam season tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan menggunakan metode analisis isi kualitatif. Dari analisis ini diperoleh hasil temuan penelitian bahwa materi bermuatan seksual dalam film seri Sex and the City yang ditayangkan Trans TV, dari segi visual tergolong cukup eksplisit; dari segi dialog tergolong cukup eksplisit, dari segi suara tergolong eksplisit dan dari segi tema tergolong eksplisit. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang mendukung keterbukaan materi bermuatan seksual dalam film seri Sex and the City yang ditayangkan Trans TV, yaitu: kompetisi media, ketidaktegasan pelaksanaan peraturan tentang penampilan materi bermuatan seksual di media massa, perkembangan teknologi dan globalisasi; serta ada pula beberapa faktor yang menghambat keterbukaan materi bermuatan seksual dalam film seri tersebut, yaitu masih berlakunya lembaga sensor serta nasionalisasi dan tribalisasi. Dan kedua jenis faktor tersebut, terbukti bahwa faktor-faktor pendukunglah yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap Trans TV dalam menampilkan materi bermuatan seksual secara lebih terbuka.