Skripsi ini menggambarkan bagaimana mengangkat kaum waria dan mengemasnya menjadi suatu isi media. Media yang dipilih adalah media elektronik, yaitu televisi. Tulisan ini. akan menggambarkan sebuah judul cerita di televisi dan sekaligus menjelaskan kondisi sosial masyarakat dalam memandang waria. Keberadaan waria, yang merupakan fenomena transeksual, dalam kehidupan masyarakat dilihat melalui perkembangan kondisi sosial masyarakat di dunia dan di Indonesia. Pembuatan suatu acara beserta isinya dalam program televisi tidak terlepas dari individu yang membuatnya. Melalui cerita yang mengangkat kehidupan seorang waria yang merupakan tokoh utama, dapat dilihat hal-hal yang melatarbelakangi terciptanya cerita tersebut. Hal ini diduga berpotensi untuk membentuk dan mengubah pandangan masyarakat tentang waria. Penulis memilih program FTV "Panggil Aku Puspa" di SCTV sebagai objek penelitian. Skripsi ini "merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah analisis wacana dengan model analisis wacana milik Teun A. van Dijk. van Dijk menggabungkan tiga dimensi wacana ke dalam satu kesatuan analisis, yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Analisis teks yang digunakan adalah analisis framing menurut Pan dan Kosicki dan Teun A. van Dijk. Dalam analisis kognisi sosial, hal yang diteliti adalah latar belakang penulis cerita sebagai komunikator pembuat teks. Analisis konteks sosial dilakukan dengan melihat perkembangan keberadaan waria di dunia dan di Indonesia. Data diperoleh melalui kaset rekaman cerita yang dimiliki SCTV sebagai stasiun televisi yang menayangkan program film televisi (FTV). Selain itu, penulis juga memperoleh data-data sekunder berupa artikel koran/majalah, situs internet Prima Entertainment, dan skripsi terdahulu dengan objek penelitian film televisi. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa FTV "Panggil Aku Puspa" mengangkat kisah kehidupan seorang waria sebagai tema utamanya, dengan penggambaran yang lebih positif terhadap waria dan menyentuh nilai-nilai kemanusiaan. Ini dapat dikatakan sebagai tandingan dari penggambaran-penggambaran sebelumnya tentang waria yang mengandung stereotip. Dalam cerita ini, waria ditampilkan sebagai sosok yang tabah dan selalu berusaha. menghadapi btrbagai masalah yang ada. Kehidupan waria dihadirkan lebih lengkap dengan permasalahan atau konflik yang dihadapi oleh kebanyakan waria pada umumnya, namun merupakan suatu hal yang jarang diangkat oleh media. Waria di sini juga digambarkan taat beragama dan diterima oleh anak kandungnya. Penulis cerita membuat cerita ini dilatarbelakangi oleh pengetahuan dan pengalainan, terutama yang berhubungan dengan waria, serta karakteristik pribadi yang dimilikinya. Penggambaran waria dalam cerita ini terkait dengan kondisi sosial masyarakat dalam memandang waria sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat. Keberadaan waria dalam masyarakat disebut sebagai suatu hal yang ambivalen. Di satu sisi ia diterima, setidaknya oleh laki-laki yang memanfaatkan jasa waria pekerja seks komersial, namun di sisi lain, waria ditolak oleh masyarakat karena dianggap telah mengacak tatanan seks dan gender yang selama ini berlaku. Dan waktu ke waktu, kondisi sosial kaum minoritas mengalami perubahan, termasuk pula kaum waria.