Sinetron saat ini merupakan tayangan yang ada di semua stasiun televisi di Indonesia. Hampir setiap televisi menempatkan sinetron sebagai tayangan di jam tayang utama (prime time)-nya. Rumah produksi (production house) pun berlombalomba membuat sinetron. Tidak kurang dari 80 judul sinetron ditayangkan setiap minggunya di seluruh stasiun televisi. Berkembang pesatnya industri sinetron di Indonesia tentunya tidak lepas dari sambutan baik yang diberikan oleh khalayak. Rating tinggi yang diraih oleh hampir semua tayangan sinetron menunjukkan, sinetron dapat diterima oleh khalayaknya. Interaksi yang dinamis antara khalayak dengan isi teks sinetron merupakan suatu hal yang menarik. Berangkat dari pemikiran di atas, penelitian ini mencoba melihat bagaimana proses produksi sinetron Kecil-kecil Jadi Manten di media pembuat (Multivisionplus) dan media penayangnya (RCTI) serta interaksi yang terjadi di khalayak saat mengkonsumsinya. Penelitian ini berusaha mengetahui apa dan bagaimana representasi perempuan dan lelaki dalam sinetron Kecil-kecil Jadi Manten yang dikonstruksikan oleh media pembuat dan penayangnya, serta bagaimana khalayak menginterpretasikan representasi perempuan dan lelaki yang ditampilkan dalam sinetron tersebut. Penelitian ini menggunakan teori Ekonomi Politik Media dari Mosco untuk menganalisa proses produksi teks di media. Sementara untuk menganalisa proses konsumsi teks di khalayak, penelitian ini menggunakan teori Social Construction of Reality milik Peter L. Berger dan T. Luckmann. Dengan meminjam kerangka Critical Discourse Analysis dari Fairclough, analisis penelitian ini terbagi menjadi tiga level, yaitu level teks, level discourse practice dan level socio cultural. Pada level teks, penelitian ini berusaha menganalisis lima episode Kecil-kecil Jadi Manten (episode 11, 13, 15, 19, dan 21) untuk melihat bagaimana representasi perempuan dan lelaki dalam sinetron tersebut mengandung muatan feminitas dan maskulinitas. Teks dari kelima episode di atas dianalisis dengan perangkatframing Gamson dan Modigliani. Sementara di level discourse practice di sisi produksi, penelitian ini mewawancarai bagian programming RCTI dan menelusuri artikel di berbagai media mengenai proses produksi dan penayangan Kecil-kecil Jadi Manten di Multivisionplus dan RCTI. Sementara untuk sisi konsumsi media, penelinan ini. Untuk analisis level socio cultural, penelitian ini juga melakukan penelusuran artikel di berbagai media mengenai perkembangan televisi dan sinetron secara umum. Penelitian ini juga menganalisis level intertextuality dengan melihat bagaimana iklan dan lirik lagu pembuka di sinetron ikut mendukung representasi perempuan dan lelaki yang ditampilkan dalam teks. Pada analisis order of discourse, sinetron Kecil-kecil Jadi Manten diperlakukan sebagai sinetron komedi. Pada level teks, ditemukan tiga frame yang membingkai representasi perempuan dalam sinetron Kecil-kecil Jadi Manten. Ketiga frame tersebut adalah perempuan hams memperhatikan masalah penampilan, perempuan identik dengan kegiatan rumah tangga (domestik), dan perempuan hams bersikap lemah lembut. Sedangkan representasi lelaki di sinetron Kecil-kecil Jadi Manten dibingkai pula oleh tiga frame. Ketiga frame itu adalah lelaki hams memiliki keterampilan fisik, lelaki harus membuktikan kegagahannya dengan kemampuan reproduksi, dan lelaki identik dengan kegiatan di ruang publik. Dan hasil analisis intertextuality pun terlihat bahwa susunan iklan dan lirik lagu pembuka sinetron Kecil-kecil Jadi Manten ikut mendukung frame yang membingkai representasi perempuan dan lelaki dalam sinetron tersebut. Hasil analisis di level discourse practice di sisi produksi memperlihatkan, proses produksi sinetron Kecil-kecil Jadi Manten dipengaruhi oleh dua ideologi, yaitu ideologi patriarki dan ideologi kapitalis. Pengaruh ideologi patriarki dapat dilihat dari bagaimana sinetron tersebut berusaha mengemas representasi perempuan dan lelaki sesuai dengan feminitas dan maskulinitas. Terminologi patriarki di sini tidak terbatas dari bagaimana lelaki mendominasi perempuan tapi juga bagaimana lelaki dapat tertindas demi meraih dominasi tersebut. Sementara pengaruh ideologi kapitalis dapat dilihat dari bagaimana pembentukan komoditas isi, komoditas khalayak dan komoditas tenaga kerja yang terjadi selama proses produksi dan penayangan sinetron Kecil-kecil Jadi Manten. Di sisi konsumsi, hasil analisis menunjukkan, khalayak masih men-decode atau menginterpretasikan teks sinetron berdasarkan ideologi dominan, yaitu ideologi patriarki. Hal ini dipengaruhi oleh proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi yang dialami khalayak sejak kecil hingga dewasa. Kondisi lingkungan yang didominasi oleh ideologi patriarki juga mendukung proses interpretasi di khalayak. Namun cara interpretasi yang demikian tidak menghilangkan kekritisan khalayak untuk melihat isi teks yang disajikan oleh media sebagai suatu rekayasa. Khalayak menyadari adanya peran skenario yang menuntun representasi perempuan dan lelaki dalam sinetron Kecil-kecil Jadi Manten. Khalayak pun dapat mengambil keuntungan dari kehadiran sinetron itu. Keuntungan yang didapat oleh khalayak adalah perasaan terhibur dan mengurangi stres. Pihak produsen pembuat dan penayang pun mendapatkan keuntungan dari rating tinggi yang diperoleh sinetron Kecil-kecil Jadi Manten, yaitu besarnya pemasukan iklan di jam tayang sinetron tersebut. Jadi, baik produsen pembuat dan penayang maupun konsumen sinetron kecil-kecil Jadi Manten mendapat keuntungan masing-masing. Dengan demikian, hubungan yang terjalin diantara keduanya adalah hubungan yang mutualistik, bukan hubungan yang saling mendominasi antara satu pihak dengan pihak yang lain.