Islam memiliki posisi yang begitu penting dalam sejarah Indonesia. Sebagai agama mayoritas, banyak Muslim memiliki otoritas sebagai intelektual yang memberikan penafsiran terhadap pemahaman Islam dalam perkembangan masyarakat Indonesia. Salah satu dari mereka adalah Ahmad Syafii Maarif. Ia adalah satu dari tokoh-tokoh Islam yang menghidupkan optimisme Muslim Indonesia mengenai isu demokratik. Melalui analisa sosiologi politik dan kerangka berpikir sosiologi pengetahuan, penelitian ini melihat bagaimana proses terbentuknya pemikiran Ahmad Syafii Maarif sebagai hasil dari respon terhadap berbagai konteks historis. Minangkabau dan Muhammadiyah adalah titik awal yang menjadi sebuah pintu masuk kedalam dinamika pemikiran Ahmad Syafii Maarif dan perkembangannya. Dari Muslim yang tertutup, Maarif menjadi Muslim yang pluralis. Selanjutnya, pemikiran Ahmad Syafii Maarif banyak membahas mengenai titik temu Islam dan Demokrasi di Indonesia. Hal tersebut sebagai sebuah manifestasi dari gagasan neomodernisme yang diwariskan melalui gurunya, Fazlur Rahman. Pemikirannya mengenai Al-Quran adalah sebuah dasar gerakan menuju masyarakat toleran dan demokratis.
Islam has an important position in Indonesia's history. As a majority religion, many Islamic actors have the authority, as intellectual, in giving the interpretation to the Islamic understanding in the growth of Indonesian society. One of them is Ahmad Syafii Maarif. He is one of Islamic figures that turn out the Indonesian Muslim optimism about democratic issue. Through political sociology analysis and sociology of knowledge framework, this research views how the formation process of Ahmad Syafii Maarif's Islamic thought as the result of respond to various historical contexts. Minangkabau and Muhammadiyah are the starting point to entrance to the dynamics of Ahmad Syafii Maarif's thought and its growth. From conservative Muslim, Maarif becomes pluralist?s Muslim. The thought of Ahmad Syafii Maarif examines the convergence point between Islam and democracy in Indonesia. It is a manifestation of neomodernism idea inherited from his teacher, Fazlur Rahman. His thought about Koran is the foundation of movement to democratic and tolerant society.