UI - Skripsi Membership :: Kembali

UI - Skripsi Membership :: Kembali

Hubungan antara self monitoring dengan intensi untuk membeli busana bermerek terkenal pada manajer

Anton Arief Setyawan; Siti Purwanti Brotowasisto, supervisor; Hartanto Brotoharsojo, supervisor ([Publisher not identified] , 1998)

 Abstrak

ABSTRAK
Seorang manajer dituntut untuk seialu menunjukkan citranya sebagai
eksekutif. Upaya ini untuk mengolah dengan cara memanipulasi kesan fisik dikenal
sebagai upaya impression management. Konsep ini diperkcnalkan oieh Erving
Goffman (1959), seorang sosiolog Amerika yang menjelaskan kecenderungan
seseorang untuk menyesuaikan antara harapan masyarakat dengan peran yang
disandang oleh seorang.
Sebagai salah satu cara untuk menirigkatkan citranya, yakni dengan
memakai benda-benda yang melekat dan berkaitan dengan identitasnya.
Kemampuan untuk mengolah kesan yang positif sesuai dengan peran yang
disandang akan membantu manajer untuk menjalankan tugas dan fungsi
kemanajerialan. Peran sebagai eksekutif seiing berhubungan dengan orang lain,
membuat manajer dituntut untuk seialu raenjaga wibawanya. Fungsi-fungsi
manajeriai seperti conlrolling. stajfing, organizing. leading, dan planning, dapat
beijalan lancar jika kewibawaan manajer seialu dijaga. Konsep yang dapat
nienjelaskan bagaimana seorang manajer dapat menampilkan kesan atau citra yang
positif sesuai dengan perannya, yakni self motiitoring. Menurut Snyder (1974),
konsep self monitoring ini merujuk pada lima komponen yakni, pertama.
menyangkut keputusan sosial dari presentasi diri seseorang di hadapan publlik ;
kedua, perhatian terhadap informasi tentang berbagai perbandingan sosial sebagai
isyarat-isyarat dari penampilan diri yang bagaimana yang pantas jika berada dalam
situasi terlentu , ketiua. kemampuan seseorang untuk mengontrol dan memodifikasi
ekspresi tingkalh laku , keemoat, pemanfaatan dan penggunaan kemampuan
tersebut dalam situasi-sitiasu khusus, dan terakhir kelima, sampai seberapa jauh
ekspresi tingkah laku dan presentasi diri seseorang bentuk untuk menyesuaikan dengan situasi-situsi khusus. Dalam pengukurannya Seli Monitoring, dibagi menjadi
tiga aspek yakni Ekstraversion-Intraversion, Self Directedness, Acting Out.
Aspek pertama, Ekstraversion-Introversion mengukur kemampuan self explanatory,
yakni kesediaan individu dalam mengorienlasikan diri berhubungan dengan orang
lain. Aspek kedua, Otherdirectedness, mengukur kemauan atau kesediaan untuk
mengubah tingkah laku di hadapan orang lain. Sedangkan aspek ketiga yakni Acting
Out, mengukur kemampuan seseorang untuk mengontrol dan memodifikasi
presentasi diri dan tingkah laku ekspresif yang sponlas dalam situasi publik. Singkat
kata pengukuran self monitoring ini secara keseluruhan unutk melihat dua
kemampuan yakni kemampuan mengatur dan kemampuan menjaga kesan positif
penilain orang lain terhadap penampilan diri.
Salah satu cara mengkomunikasikan citra dan wibawa, yakni dengan cara
memakai barang-barang bermerek yang mahal. Gaya hidup manajer selama ini
dianggap high profile, mengingat pola konsumsinya terhadap barang-barang yang
mahal. Salah satu barang yang melekat dan berkaitan erat dengan identitas manajer,
yakni busana eksekutif. Busana eksekutif dibatasi sebagai busana keija yang dipakai
manajer dalam lingkungan formalnya (setting keija). Busana ini terdiri; kemeja dan
celana panjang untuk pria, blues dan blazer untuk wanita. Merek-merek terkenal
yang telah mendunia (international) menjadi pilihan utama setelah bentuk
morfologisnya. Merek-merek tersebut berharga mahal dan tidak semua orang dapat
mengkonsumsinya. Alasan mereka yang mengkonsumsi busana mahal tersebut
beraneka ragam. Namun jika dicermati terdapat dua alasan yakni sebagai ekspresi
hedonis dan utilitaraian Loudoun & Delabitta (199j). Sebagai ekspresi hedonis
merujuk pada pengakuan terhadaj^ social power, seperti kekayaan, kemakmuran,
dan kekuasaan. Sedangkan utilitarian motif mementingkan asas kegunaan, dan
biasanya menjadi perilaku instrumental untuk mencapai tujuan utama. Motif-motif
pembelian ini berkaitan dengan keyakinan atau belief seseorang. Untuk mengetahui
secara pasti, maka diperlukan penelitian yang dapat melihat belief-belief tersebut.
Konsep yang dapat melihat secara luas, namun tepat melihat keinginan manajer
untuk membeli busana eksekutif terkenal, yakni intensi. Konsep intensi ini
diperkenalkan oleh Fishbein & Ajzen (1975) yang mendefinisikannya sebagai
kecenderungan seseorang menempatkan diri dalam dimensi probabUitas yang
melibatkan dirinya dan tingkah laku. Dalam upaya melengkapi konsep ini Ajzeo
(1988) mengoreksi dengan menambahkan satu komponen penting dari intensi,
sehingga menjadi tiga komponen, yakm sikap, norma subyektif, dan yang baru
perceived behavior control (PBC). Sikap dipengaruhi oleh dua variabel yakni belief
behavior, yakni keyakinan seseorang tentang tingkah laku tersebut, dan out comes
evaluation, yakni evaluasi terhadap konsekuensi yang diterima jika memunculkan
tingkah laku tersebut. Norma subyektif terdiri dari dua bagian yakni normatif belief,
yakni keyakinan bahwa terdapat orang-orang yang penting {signiftkan others)
menginginkan seseorang untuk menampilkan tingkah laku. Aspek kedua dari norma
subyektif yakni motivation to comply yakni kesediaan untuk memenuhi harapan
signifikan others. Sedangkan PBC terdiri dari aspek control belief yakni keyakinan
bahwa terdapat sumberdaya dan kesempatan yang dibutuhkan untuk menampilkan
tingkah laku, aspek kedua perceived pmver yak " terdapat kontrol langsung yang dimiliki subyek untuk menampilakn tingkah laku tertentu. Pengukuran terhadap
konstruk intensl ini semakin relevan jika dikaitkan dengan adanya krisis ekonomi,
dimana terdapat asumsi bahwa upaya penghematan seseorang sebagai respon dari
adanya inflasi yang tinggi akan mempengaruhi keinginan sseorang manajer untuk
membeli busana-busana yang mahal.
Penelitian ini mempunyai empat tujuan yakni, pertama, ingin melihat
bagaimana gambaran self monitoring manajer, kedua bagaimana intensi manajer
untuk membelibusana eksekutif bermerek terkenal. ketiga, ingin melihat seberapa
besar pengaruh sunmbangan komponen sikap, nomna subyektif, dan perceived
behavior control, dan keempat ingin melihat apakah ada hubungan antara self
monitoring dengan intensi untuk membeli busana eksekutif bermerek terkenal pada
manajer. Penelitian ini menggunakan sampel manajer lini pertama, manajer madya,
dan manajer puncak mengingat bahwa indikasi kuat bahwa ketiga kelompok ini
mempunyai daya beli yang cukup tinggi untuk membeli busana-busana mahal.
Penentuan sampel menggunakan tekmk accidental sampling, dimana sampel yang
tersedia dapat diambil asal memenuhi syarat karakteristik sampel. Teknik sampling
ini termasuk non probability sampling, dimana setiap subyek penelitian tidak
mempunyai peluang yang sama menjadi sampel penelitian. Jumlah sampel yang
dapat diambil sebanyak 127 orang.
Dari basil penelitian menemukan bahwa self monitoing para manajer ratarata
tinggi. Terdapat perbedaan yang signifikan antara manajer puncak, madya, dan
lini pertama dalam self monitoringnya, dimana semakin tinggi jabatan seseorang
SMnya semakin tinggi. Penelitian ini juga menemukan bahwa intensi manajer
untuk membeli busana eksekutif bermerek terkenal cendemng tinggi. Terdapat
perbedaan intensi yang signifikan antara manajer puncak, madya dan Kni pertama.
Perbedaan ini rupanya masih berhubungan erat dengan daya beli mereka. Manajer
puncak dan manajer madya masih menganggap dirinya masih mampu membeli
busana-busana tersebut meskipun makin mahal. Dari penelitian tentang belief-belief
mereka nampaknya para manajer terdorong untuk membeli busana busana tersebut
lebih dikarenakan pertimbangan utilitarian yang melihat sebagai tingkah laku
memakai busana eksekutif bermerek terkenal sebagai salah cara untuk meraih
kewibawaan dan mendapatkan legitimasi yang wajar. Dari hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa komponen PBCD merupakan prediktor terbaik dari dua
komponen sikap dan norma subyektif. Hasil ini sesuai dengan teori Ajzen (1988)
bahwa persepsi terhadap sumberdaya mempengaruhi kontrol seseorang dalam
memunculkan tingkah laku. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa selama daya beli
masih tinggi, tingkah laku akan dimunculkan seseorang. Namun dari hasil ini daya
beli tersebut masih dimiliki kelompok manajer puncak dan madya yang memang
mempunyai penghasilan yang cukup, meski berada dalam situasi ekonomi yang sulit.
Hasil utama lain dari penelitian ini, yakni bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara self monitoring dengan intensi manajer untuk membeli busana
eksekutif bermerek terkenal yang mahal. Hal ini berarti semakin tinggi SM manajer
semakin tinggi pula intensinya untuk membeli busana-busana mahal tersebut.

 File Digital: 2

Shelf
 S2456-Anton Arief Setyawan.pdf :: Unduh
 S2456-Anton Arief Setyawan.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

Jenis Koleksi : UI - Skripsi Membership
No. Panggil : S2456
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Program Studi :
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1998
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xii, 125 pages : illustration ; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
  • Sampul
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
S2456 14-18-957582996 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 20286636
Cover