Menjadi orangtua dari anak tuna grahita merupakan hal yang sulit. Menurut Cumings (1976) orangtua lebih tertekan, lebih merasakan konflik dan lebih disibukan oleh anak mereka yang tuna grahita. Adanya masalah yang berkaitan dengan ke - tuna grahitaan sering rnengakibatkan stres bagi orangtua khususnya ibu. Link & Morrill ( 1989 ) mengatakan bahwa ibu merupakan anggota keluarga yang menghadapi tuntutan dan tekanan yang lebih berat dibandingkan anggota keluarga lainnya. Hal ini yang menyebabkan Holroyd ( 1974 ) bersama rekan - rekannya membuat alat yang mengukur stres pada orangtua yang memiliki anak keterbelakangan mental ( mental retardation ). Alat ini disebut dengan ? the questionnaire on Resources and Stress " [ QRS ); Kemudian alat ini direvisi oleh Frederich ( 1983 ) dan disebut dengan QRS - F.
Keadaan stres yang dirasakan oleh ibu dari anak tuna grahita tsb tidak dapat dibiarkan berlarut - larut. Perlu dilakukan suatu usaha untuk mengatasi keadaan atau situasi yang menekan tersebut. Menurut Lazarus (1976 ), usaha untuk mengatasi tekanan itu biasa disebut sebagai perilaku coping. Folkman dan Lazarus ( 1984 ) membedakan perilaku coping menjadi 2 jenis, yaitu usaha yang bertujuan untuk menyelesaikan rnasalah ( Problem Focused Coping / PFC ) dan usaha yang dilakukan untuk mengurangi perasaan yang tidak menyenangkan yang timbul akibat adanya masalah ( Emotion Focused Coping / EFC ). Dan kedua jenis coping ini kemudian berhasil dikembangkan oleh Folkman, Lazarus, Dunkel-Schetter, DeLongis & Gruen ( 1986 ), menjadi 8 strategi, di mana 3 strategi mengarah pada PFC dan 5 strategi mengarah pada EFC.
Adanya gambaran stres yang khas, yang dialami para ibu dari anak tuna grahita, dapat mengakibatkan tampilnya perilaku coping yang khas pula. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gambaran stres dan perilaku coping yang ditampilkan pada ibu yang memiliki anak tuna grahita. Selain itu peneliti juga ingin mengetahui kadar stres para ibu yang dikaitkan dengan perilaku coping yang ditampilkan.
Subyek dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak tuna grahita dengan tingkat ringan ( mild ). Pemilihan ini ditentukan berdasarkan karakteristik anak yang khas dalam tingkat inteligensi dan segi psikologisnya. Sehingga stres dan perilaku coping yang ditampilkan dapat diasumsikan akan memberikan gambaran yang khas. Pada penelitian ini, digunalcan dua buah kuesioner yang pengolahannya dibantu dengan perhitungan statistik.
Dari hasil penelitian, diketahui gambaran stres pada ibu yang memiliki anak tuna grahita dari faktor penyebab stres terbesar hingga terkecil, berturut - turut adalah sebagai berikut : [1] pessimism (2) Child characteristic {3] parents and family problem dan (4) physical incapacitation. Dari penelitian juga didapatkan gambaran subyek dalam perilaku coping yang ditampilkan. Secara keseluruhan diketahui bahwa hampir semua strategi coping dipergunakan subyek dalam menghadapi stres, baik pada kelompok subyek dengan stres tinggi maupun pada kelompok subyek dengan stres rendah. Hanya satu strategi coping saja, yaitu escape - avoidance yang jarang dipergunakan oleh kelompok dengan stres tinggi. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jenis problem focused coping lebih sering ditampilkan pada subyek dengan kelompok stres tinggi. Sedangkan jenis emotion focused coping cenderung digunakan pada kelornpok berkadar stres rendah.
Dari hasil yang diperoleh tersebut, ada beberapa hal yang menarik untuk penelitian lebih lanjut yaitu, antara lain : 1. mengembangkan metodologi penelitian, 2. mengikutsertakan ayah sebagai subyek penelitian, 3. mengadakan penelitian dengan perbedaan jenis kelainan yang disandang anak dan 4. mengadakan penelitian pada SLB - SLB lain.