ABSTRAKManusia selalu merasakan kekurangan pada dirinya sehingga
kebutuhan untuk menutupi kekurangannya itu pun selalu mewarnai
kehidupannya. Kebutuhan ini dapat distimulasi oleh proses internal, tetapi
lebih sering oleh faktor-faktor lingkungan (Murray, 1938, dalam Hall & Lindzey,
1985).
Salah satu faktor lingkungan manusia adalah keluarga. Keluarga
merupakan lingkungan primer yang di dalamnya terjalin interaksi yang
mendalam. Seorang anak perlu mengalami iklim keluarga yang menyenangkan
sepanjang masa kanak-kanaknya. Lingkungan keluarga yang menyenangkan
adalah lingkungan yang mampu menyediakan kehangatan dan penerimaan
terhadap anak. Iklim rumah yang positif biasanya menjalankan disiplin yang
konsisten, menimbulkan kompetensi sosial dan emosional, dan responsif
terhadap kebutuhan pertumbuhan anak (Turner & Helms, 1995).
Namun demikian, banyak anak yang tidak memperoleh pengalaman
berada di lingkungan keluarga yang seharusnya. Mereka harus berpisah dari
orangtua dan menjalani masa kanak-kanak dan remaja di panti asuhan. Panti
asuhan memang dapat memenuhi banyak kebutuhan remaja, tetapi anak asuh
tidak dapat terus menggantungkan hidupnya pada panti asuhan. Begitu
menyelesaikan sekolah, anak asuh diharapkan sudah mampu untuk mandiri dan
menentukan pilihan hidupnya. Dengan kata Iain tuntutan hidup mereka lebih
berat daripada remaja yang bingung dalam di rumah bersama orangtuanya
Remaja, baik yang tingal di panti asuhan maupun di rumah bersama
orangtua, dituntut untuk menyesuaikan diri dengan banyak perubahan pada
dirinya. Walaupun demikian, tidak mudah bagi remaja untuk merencanakan
masa depannya. Sering ditemui remaja bingung dalam menentukan langkah dan
kesulitan dalam mengemukakan keinginannya.
Masa remaja juga ditandai dengan adanya kebutuhan. Para ahli sepakat
tentang adanya kebutuhan yang khas bagi remaja. Belum ada kesepakatan
tentang apa bentuk kebutuhan yang khas itu dan mana kebutuhan yang menonjol. Kalaupun ada ahli yang mengemukakan tentang kebutuhan remaja,
kebutuhan-kebutuhan itu tidak pasti dapat diberlakukan bagi seluruh remain.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang
kebutuhan remaja yang tinggal di panti asuhan. Penelitian dilakukan di Jakarta,
yaitu membandingkan kebutuhan antara remaja yang baru tingal di panti
asuhan dengan yang lama tinggal di panti asuhan, antara remaja panti asuhan
perempuan dengan laki-laki, dan antara remaja panti asuhan dengan remaja non
panti asuhan.
Pengambllan subyek dilakukan dengan teknik incidental sampling. Subyek
adalah penghuni panti asuhan dan bukan penghuni panti asuhan yang berusia
15 sampai 19 tahun. Subyek sejumlah 35 orang berasal dari Panti Asuhan
Tanjung Barat di Tanjung Barat, Panti Asuhan Al-Khairiyah di Terogong, Panti
Asuhan Jos Sudarso di Cilandak, dan Panti Asuhan Harapan Remaja di
Rawamangun. Subyek yang tinggal bersama keluarga di luar panti asuhan
berjumlah 45 orang. Alat pengumpul data yang digunakan adalah Edwards
Personal Preference Schedule (EPPS) dan pertanyaan terbuka untuk menambah
analisis data. Dalam analisis data digunakan analisis statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan kebutuhan remaja yang tinggal di panti
asuhan dan yang tidak tinggal di panti asuhan yang menonjol adalah kebutuhan
afiliasi. Kebutuhan remaja yang tinggal di panti asuhan yang paling tidak
menonjol adalah kebutuhan dominasi, sementara bagi remaja yang tidak tinggal
di panti asuhan adalah kebutuhan untuk patuh (need for deference). Baik pada
remaja perempuan maupun remaja laki-laki yang tinggal di panti asuhan
memiliki kebutuhan afiliasi yang menonjol dan kebutuhan dominasi yang sangat
tidak menonjol. Begitu pula pada penghuni yang baru maupun yang lama pada
panti asuhan.