ABSTRAKMenumt Erikson (dalam Hamner & Turner, 1990) krisis perkembangan yang
dialami anak pada masa usia sekolah adalah industry vs inferiority. Keberhasilan
anak mengatasi krisis in! akan menimbulkan rasa industri yang akan membentuk
konsep diri yang posltif. Rasa industri seorang anak pada masa ini sangat
ditentukan oleh prestasi belajamya di sekolah (Erikson dalam Hjelle & Ziegler
1991).
Prestasi belajar anak di sekolah ditentukan oleh banyak faktor, salah
satunya adalah keluarga karena dalam perkembangan seorang anak tidak ada
pengalaman lain yang bisa mempengaruhi anak sebanyak pengaruh hubungan
orangtua dan anak (Turner & Helms, 1991). Orangtua melalui interaksinya dengan
anak dalam proses pengasuhan dapat berperan dalam upaya pencapaian prestasi'
belajar anak.
Berkaitan dengan peran orangtua, secara tradisional pengasuhan dalam arti
mendidik dan membesarkan anak lebih dibebankan kepada ibu. Peran ayah lebih
dikaitkan dengan peran sebagai pendukung ekonomi yang membutuhkan
keterampilan dan kemampuan intelektual (Signer, 1994; Hamner & Turner, 1990;
Parsons & Bales dalam Signer 1994; Phares, 1996) sehingga keterllbatan ayah
dalam pengasuhan anak tidak mendalam. Namun jaman berkembang dan jumlah
wanita yang bekerja meningkat. Ayah pun mulai dituntut untuk terlibat dalam
pengasuhan anak.
Beberapa basil penelitian menunjukkan bahwa ayah memiliki kemampuan
yang sama dengan Ibu dalam mengasuh anak. Penelitian lain pun menunjukkan
bahwa keteriibatan ayah dalam pengasuhan dapat berpengaruh terhadap
keseluruhan perkembangan sosial, emoslonal dan Intelektual anak (Crouter &
Jenkins 1987)^ Khususnya bag! anak usia sekolah pengaruh ayah lebih
ditekankan pada perkembangan intelektual anak dalam kaltannya dalam pencapaian prestasi belajar. Karakteristik-karakteristik tertentu yang ditampilkan
ayah selama proses pengasuhan -hangat atau kontrol- akan berpengaruh bagi
pencapaian prestasi belajar anak. Dari beberapa peneiitian yang dilakukan oieh
Radin (1981) terhadap ayah anak prasekolah menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang positif antara kehangatan yang diberikan ayah dengan fungsi
intelektual dan prestasi belajar anak. Sedangkan kontrol ayah berhubungan negatif
dengan prestasi belajar anak. Di Indonesia, peneiitian Yusuf (1996) menunjukkan
bahwa kebanyakan orangtua siswa yang berprestasi unggul memiliki pengasuhan
yang cenderung demokratis maupun tidak demokratis. Oleh karena itu, peneiitian
ini akan melihat bagaimanakah karakteristik pengasuhan ayah anak usia sekolah
yang berprestasi belajar tinggi dan rendah.
Peneiitian ini menggunakan pendekatan deskriptif untuk memperoleh
gambaran mengenai dua kelompok sampel yaitu para ayah yang memiliki anak
usia sekolah berprestasi belajar tinggi dan rendah. Subjek peneiitian ini adalah 65
orang ayah. Mereka memiliki anak yang duduk di kelas Vl sekolah dasar dan
tergolong siswa yang berprestasi belajar tinggi dan rendah. Pengambilan sampel
akan dilakukan dengan menggunakan metode purposive. Mat pengumpul data
yang digunakan adalah kuesioner yang diberikan kepada para ayah dari kedua
kelompok ayah tersebut.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kebanyakan ayah dalam
peneiitian ini memiliki tingkat kehangatan dan kontrol yang tinggi dalam
pengasuhan. Saran bagi peneiitian yang akan datang adalah menyeimbangkan
jumlah item pengasuhan ayah yang hangat dan kontrol serta membandingkan
tingkat pendidikan, tingkat pendidikan yang diharapkan maupun yang diharuskan
ayah dan ibu. Untuk peneiitian serupa, diharapkan dapat memperbesar jumlah
sampel sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang variabelvariabel
yang berkaitan dengan pengasuhan ayah seperti faktor budaya,
pengalaman bersama ayah atau karakteristik kepribadian ayah.